MALANG KOTA – Kasus bayi stunting atau kurang gizi masih jadi pekerjaan rumah (PR) Pemkot Malang. Setidaknya ada 3.400 anak yang berisiko mengalami gangguan pertumbuhan tersebut. Dari jumlah tersebut, sejumlah kelurahan tercatat menyumbang kasus stunting terbanyak.
”Ada di Kelurahan Kotalama (Kecamatan Kedungkandang) ada 400 anak yang berisiko stunting,” kata Plt Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinsos-P3AP2KB) Kota Malang Ida Ayu Made Wahyuni.
Jumlah tersebut terbilang cukup banyak ketimbang 56 kelurahan lainnya. Maka dari itu, pemkot akan melakukan sejumlah intervensi. Salah satunya memberikan bantuan pangan seperti di Kelurahan Madyopuro, Kecamatan Kedungkandang beberapa waktu lalu.
Pangan yang diberikan yakni berupa 10 butir telur dan ayam frozen. Wanita yang kerap disapa Dayu itu menambahkan akan menggandeng kader dari RT, RW, maupun kelurahan untuk mengawasi menu yang dikonsumsi anak-anak setempat.
”Kemudian ada juga anggaran Rp 300 juta selama satu tahun melalui Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Kota Malang untuk penanganan stunting di Kelurahan Kotalama,” beber mantan Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kota Malang itu.
Sementara itu, Wali Kota Malang Sutiaji mengatakan, pihaknya akan melibatkan aparatur sipil negara (ASN) untuk menekan angka stunting. Setiap ASN akan diberi tanggung jawab untuk memantau dan membantu anak agar terlepas dari angka stunting.
”Ini sudah saya bagi, ASN itu dari 8 koma sekian persen (anak stunting) kami bagi untuk dipantau ASN,” jelas Sutiaji.
Dia menekankan, tanggung jawab tersebut bukan hanya sekadar mengingatkan soal pola makan saja. Namun juga memperhatikan kondisi tumbuh kembang sang anak.
”ASN punya tanggung jawab, bukan hanya memberikan makan, tapi juga mengingatkan,” tandasnya. (mel/adn)