26.2 C
Malang
Thursday, 23 March 2023

Badan Usaha Kesehatan Milik UB Masih Defisit

 

MALANG KOTA – Universitas Brawijaya memiliki empat badan usaha yang menjalankan 29 unit bisnis.

Rata-rata pendapatan selama satu tahun dari seluruh unit bisnis itu antara Rp 80 miliar hingga 90 miliar.

Pendapatan sebesar itu baru cukup untuk menutup biaya operasional. Bahkan ada badan usaha yang masih defisit.

Direktur Utama Badan Pengelola Usaha (BPU) UB Dr Sihabudin SH MH mengatakan, yang masih mengalami defisit adalah Badan Usaha Kesehatan (BUKes).

Orientasinya memang lebih pada pelayanan, bukan mengejar profit. Meski begitu, pihaknya akan terus meningkatkan kualitas pengelolaan agar ke depan bisa surplus.

”Untuk tahun ini masih berusaha menekan defisit saja.  Sebab, dengan fokus orientasi yang menekankan pelayanan, butuh waktu untuk bisa menjadikan badan usaha tersebut surplus,” ujarnya.

Untuk badan usaha lain, seperti Badan Usaha Akademik (BUA), Badan Usaha Non-Akademik (BUNA), dan Badan Usaha Kepakaran (BUK), Sihabudin mengaku berani menargetkan kenaikan pendapatan.

Sebab, selama ini tiga badan usaha itu sudah mencatatkan surplus, meski terbilang tipis. Setidaknya pendapatan badan usaha UB setiap tahunnya bisa mencapai sekitar 200 juta.

Untuk tahun lalu, total pendapatan dari seluruh badan usaha masih dalam proses penghitungan.

”Kalau berkaca pada tahun-tahun sebelumnya, total pendapatan tahun 2022 berkisar Rp 80 miliar hingga Rp 90 miliar,” terangnya.

Sihabudin mengaku akan menambah satu unit bisnis baru tahun ini. Yakni UB Merchandise.

Seharusnya total unit bisnis yang dijalankan menjadi 30 unit. Sayang ada satu unit bisnis dalam BUKes yang tidak jadi dilaksanakan.

Yakni pembiayaan kesehatan mahasiswa. ”Untuk untuk menjalankan itu ternyata diharuskan ikut BPJS,” pungkasnya. (dre/fat)

 

MALANG KOTA – Universitas Brawijaya memiliki empat badan usaha yang menjalankan 29 unit bisnis.

Rata-rata pendapatan selama satu tahun dari seluruh unit bisnis itu antara Rp 80 miliar hingga 90 miliar.

Pendapatan sebesar itu baru cukup untuk menutup biaya operasional. Bahkan ada badan usaha yang masih defisit.

Direktur Utama Badan Pengelola Usaha (BPU) UB Dr Sihabudin SH MH mengatakan, yang masih mengalami defisit adalah Badan Usaha Kesehatan (BUKes).

Orientasinya memang lebih pada pelayanan, bukan mengejar profit. Meski begitu, pihaknya akan terus meningkatkan kualitas pengelolaan agar ke depan bisa surplus.

”Untuk tahun ini masih berusaha menekan defisit saja.  Sebab, dengan fokus orientasi yang menekankan pelayanan, butuh waktu untuk bisa menjadikan badan usaha tersebut surplus,” ujarnya.

Untuk badan usaha lain, seperti Badan Usaha Akademik (BUA), Badan Usaha Non-Akademik (BUNA), dan Badan Usaha Kepakaran (BUK), Sihabudin mengaku berani menargetkan kenaikan pendapatan.

Sebab, selama ini tiga badan usaha itu sudah mencatatkan surplus, meski terbilang tipis. Setidaknya pendapatan badan usaha UB setiap tahunnya bisa mencapai sekitar 200 juta.

Untuk tahun lalu, total pendapatan dari seluruh badan usaha masih dalam proses penghitungan.

”Kalau berkaca pada tahun-tahun sebelumnya, total pendapatan tahun 2022 berkisar Rp 80 miliar hingga Rp 90 miliar,” terangnya.

Sihabudin mengaku akan menambah satu unit bisnis baru tahun ini. Yakni UB Merchandise.

Seharusnya total unit bisnis yang dijalankan menjadi 30 unit. Sayang ada satu unit bisnis dalam BUKes yang tidak jadi dilaksanakan.

Yakni pembiayaan kesehatan mahasiswa. ”Untuk untuk menjalankan itu ternyata diharuskan ikut BPJS,” pungkasnya. (dre/fat)

Wajib Dibaca

Artikel Terbaru