22 C
Malang
Sunday, 4 June 2023

Dikira ”Penyakit Pondok”, Ternyata Tuberkulosis

 

RATNA Sari baru saja selesai mengonsumsi obat saat Jawa Pos Radar Malang berkunjung ke rumahnya di Jalan Muharto Gang 5, Kecamatan Kedungkandang, kemarin (23/3).

Ada empat jenis obat yang wajib dikonsumsi Ratna pada pukul 09.00. Rutinitas itu harus dilakoninya setiap hari jika tak ingin bakteri tuberkulosis (TBC) di tubuhnya ”bangun” kembali.

Dara yang pada 29 Maret mendatang genap berusia 16 tahun itu mengaku sebenarnya bosan minum obat. Apalagi dia sudah menjalani pengobatan TBC selama 10 bulan.

Karena pengobatan juga, Ratna jadi tidak bisa menjalankan ibadah puasa. Ini kali kedua dirinya absen puasa Ramadan.

Meski kerap bosan, Ratna berupaya untuk tidak mangkir minum obat. Dari hasil pemeriksaan medis, dia harus menjalani pengobatan selama 18 bulan.

Pasalnya, dia termasuk pasien multi-drug resistance (MDR) atau kebal obat. Dia perlu melalui pemeriksaan lain lanjutan dan pengobatan dalam jangka waktu yang lebih lama.

Baca Juga : Tren Kasus TBC Naik, Kabupaten Malang Terbanyak.

Ratna tidak mengetahui penyebab dirinya bisa mengidap TBC. Yang jelas, pada April 2022 lalu, dia mendadak sakit batuk.

Tidak terlalu parah. Namun muncul secara intens dan sulit mengeluarkan dahak.

Tubuhnya pun menjadi lemas. Hanya bisa berbaring di kasur dan mengeluarkan keringat terus menerus.

Saat itu, Ratna yang masih menempuh pendidikan di sebuah pondok pesantren di Kabupaten Malang hanya bisa pasrah. Keluarga belum mengetahui kondisinya karena ada larangan menjenguk.

Beruntung, kawan-kawan satu pondok mau merawatnya dengan baik. Meski demikian, kondisi Ratna tak kunjung membaik.

”Kata pengurus pesantren, ini hanya ‘penyakit pondok’. Nanti juga sembuh sendiri,” kenangnya. (Bersambung ke halaman selanjutnya)

 

RATNA Sari baru saja selesai mengonsumsi obat saat Jawa Pos Radar Malang berkunjung ke rumahnya di Jalan Muharto Gang 5, Kecamatan Kedungkandang, kemarin (23/3).

Ada empat jenis obat yang wajib dikonsumsi Ratna pada pukul 09.00. Rutinitas itu harus dilakoninya setiap hari jika tak ingin bakteri tuberkulosis (TBC) di tubuhnya ”bangun” kembali.

Dara yang pada 29 Maret mendatang genap berusia 16 tahun itu mengaku sebenarnya bosan minum obat. Apalagi dia sudah menjalani pengobatan TBC selama 10 bulan.

Karena pengobatan juga, Ratna jadi tidak bisa menjalankan ibadah puasa. Ini kali kedua dirinya absen puasa Ramadan.

Meski kerap bosan, Ratna berupaya untuk tidak mangkir minum obat. Dari hasil pemeriksaan medis, dia harus menjalani pengobatan selama 18 bulan.

Pasalnya, dia termasuk pasien multi-drug resistance (MDR) atau kebal obat. Dia perlu melalui pemeriksaan lain lanjutan dan pengobatan dalam jangka waktu yang lebih lama.

Baca Juga : Tren Kasus TBC Naik, Kabupaten Malang Terbanyak.

Ratna tidak mengetahui penyebab dirinya bisa mengidap TBC. Yang jelas, pada April 2022 lalu, dia mendadak sakit batuk.

Tidak terlalu parah. Namun muncul secara intens dan sulit mengeluarkan dahak.

Tubuhnya pun menjadi lemas. Hanya bisa berbaring di kasur dan mengeluarkan keringat terus menerus.

Saat itu, Ratna yang masih menempuh pendidikan di sebuah pondok pesantren di Kabupaten Malang hanya bisa pasrah. Keluarga belum mengetahui kondisinya karena ada larangan menjenguk.

Beruntung, kawan-kawan satu pondok mau merawatnya dengan baik. Meski demikian, kondisi Ratna tak kunjung membaik.

”Kata pengurus pesantren, ini hanya ‘penyakit pondok’. Nanti juga sembuh sendiri,” kenangnya. (Bersambung ke halaman selanjutnya)

Wajib Dibaca

Artikel Terbaru