MALANG KOTA – Kasus campak kembali mewabah di Indonesia, termasuk Kota Malang. Dalam dua tahun terakhir, 2021-2022, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang mencatat adanya peningkatan jumlah penderita campak. Untuk itu, anak-anak perlu mendapat maupun melengkapi status imunisasi secara rutin.
Kepala Dinkes Kota Malang dr Husnul Muarif memaparkan, kasus campak selama tahun 2021 ada sebanyak 19 kasus. Kemudian tahun 2022 meningkat drastis hampir tiga kali lipat, yakni 48 kasus. ”Sementara tahun ini (2023) kami belum menemukan kasus campak,” kata Husnul, kemarin (27/1).
Untuk mencegah sekaligus menekan jumlah penderita campak, dinkes berupaya melakukan pemberian vaksin. Yakni vaksin MR (measles and rubella vaccine). Vaksin tersebut ditujukan untuk bayi hingga baduta (bayi di bawah dua tahun). Tahun 2021 lalu ada 16.054 anak yang mendapat vaksin MR.
Sedangkan tahun 2022 lalu, jumlah anak yang mendapat vaksinasi meningkat menjadi 20.908 jiwa. ”Imunisasi penting dilakukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh anak terhadap penyakit tertentu. Caranya dengan memasukkan vaksin melalui suntikan atau oral ke dalam tubuh,” jelas mantan direktur RSUD Kota Malang itu.

Pada 2022 lalu, pemerintah juga mengadakan program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN). Hal tersebut bertujuan untuk mendongkrak capaian imunisasi dasar. Di samping, katanya, juga meningkatkan kekebalan tubuh pada bayi. Apalagi selama pandemi banyak orang tua yang abai terhadap status imunisasi anak.
Alasannya, banyak yang takut untuk pergi ke fasilitas kesehatan. Rendahnya capaian imunisasi berdampak pada meningkatnya kasus campak dibenarkan oleh Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jawa Timur perwakilan V Malang Raya Dr dr Harjoedi Adji Tjahjono SpA(K). Padahal, lanjut dokter Harjoedi, meskipun lockdown imunisasi harus tetap dilakukan.
”Menjaga kesehatan anak memang penting. Namun pencegahan yang paling efektif tetap melalui vaksin, sehingga kalau kena campak dampaknya tidak berat,” jelas Harjoedi. Untuk mencegah campak, dia mengatakan, anak-anak sebaiknya diisolasi. Bagi penderita campak yang usia sekolah, katanya, sebaiknya tidak masuk sementara waktu. Sebab dikhawatirkan menular ke yang lain karena penularan campak lewat droplet.
Dia menambahkan, pencegahan lain bisa melalui perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). ”Di samping itu, penting untuk mewaspadai gejala campak. Seperti batuk, pilek, dan bercak-bercak merah di seluruh tubuh, terutama pada leher,” imbuhnya. (mel/dan)