Rogoh Kocek Pribadi, Angkat Tema Tragedi Kanjuruhan
Memori Nanditya Ika Faramita terhadap tragedi kelam 1 Oktober 2022 lalu dituangkan dalam film berjudul ”The Last Message”. Dia menjadi produser sekaligus penyandang dana. Karya itu masih menunggu izin dari Lembaga Sensor Film (LSF). Semoga bisa tayang.
FAJAR ANDRE SETIAWAN
Dr Nanditya Ika Faramita MMRS langsung menghela napas panjang ketika ditanya tentang memori tragedi Kanjuruhan, 1 Oktober 2022 lalu. Dia memang tak berada di Stadion Kanjuruhan saat terjadi chaos.
Namun dia ikut menangani para korban yang saat itu dirujuk ke Rumah Sakit (RS) Wava Husada, Kepanjen. Di sana lah dia berpraktik.
Situasi tak terkendali di RS Wava Husada saat itu langsung tersaji dalam ingatannya. ”Saat itu, rasanya saya sedang berada di dalam Stadion Kanjuruhan,” kata dia.
Selain membantu korban secara langsung, dia juga mengkoordinir petugas medis yang berada di Stadion Kanjuruhan.
Keluhan yang disampaikan tim medis kepada Dita, sapaan karibnya, umumnya sama. Yakni seputar sesak napas yang dialami para korban.
”Awalnya saya pikir peristiwa kecil. Seperti ricuh pada umumnya. Tapi ternyata korbannya begitu banyak,” ucapnya dengan nada berat.
Baca Juga : Polda Jatim Periksa Dokter RS Wava Husada.
Dita tak mengingat jumlah pasti korban yang dia tangani. Namun, dia memastikan ada lebih dari 80 korban.
Pilu semakin dia rasakan ketika tahu banyak anak-anak tanpa KTP yang menjadi korbannya. Secuil memori itu lah yang kemudian menginspirasi dia untuk mengangkat kisah tragedi Kanjuruhan ke dalam sebuah karya film.
Film itu diberi judul ’The Last Message’. Dita menggarapnya dengan merogoh koceknya sendiri. ”Sebagian kecil ada sponsor dari teman-teman dokter. Selebihnya biaya sendiri,” kata perempuan kelahiran Probolinggo itu.
Bila diestimasi, ada dana Rp 500 jutaan yang dibutuhkan untuk menuntaskan karya tersebut. Keinginannya mengangkat tragedi Kanjuruhan menjadi sebuah film bak gayung bersambut.
Dia dibantu temannya seorang penulis naskah film. Namanya Abadi Oy.
Bersama temannya itu lah dia mulai mempersiapkan detail-detail film. Dita menjadi produsernya. Sementara Abadi Oy menjadi sutradara sekaligus penulis naskah film. (Bersambung ke halaman selanjutnya)