26.2 C
Malang
Thursday, 23 March 2023

Dari Kanal YouTube, Berlanjut Dapur Rekaman

 

MALANG – Di era saat ini, siapa saja bisa berkarya. Memanfaatkan media sosial, karya musik bisa disebar lebih mudah.

Pentolan Arema Voice Wahyu GV berkisah, dulu di era 80-an atau 90-an, sebuah karya cukup susah mengudara di radio. Masuk dapur rekaman juga bukan urusan mudah.

Ada proses seleksi yang benar-benar ketat dari produser-produser musik. ”Apabila lagunya bagus, tapi tidak mempunyai nilai jual, ya tidak dilirik,” tuturnya.

Saat itu, musisi kerap dilema. Mau rekaman mandiri, biaya dikeluarkan cukup besar. Tapi, apabila tidak masuk label, juga cukup sulit bagi musisi atau band bisa dikenal.

Saat gabung band Gang Voice, Wahyu sudah beberapa kali merasakan pengalaman itu. Beberapa lagunya sempat ditolak karena tidak sesuai dengan pasar.

”Lagumu terlalu berat,” kata dia menirukan ucapan salah satu produser musik.

Baca Juga : Tampil 3 Jam, Dubes Tantowi Yahya Pukau Ratusan Pecinta Musik Country.

Meski begitu, Wahyu mengaku tetap menikmati masa-masa tersebut. Pasalnya, momentum itu lah yang membentuk mental dia dan rekan-rekannya.

Dari penolakan itu, dia dan rekan-rekannya semakin semangat dalam berkarya. Dia juga lebih bersemangat dalam mengembangkan skill bermain musik.

Poin itu diperlukan untuk mendapatkan golden ticket atau perhatian dari penikmat musik.

”Pendengar musik di Malang itu kritis. Bila sudah diterima di sini (Malang), maka punya potensi untuk ke nasional,” ucapnya.

Wahyu menyebut bila era saat ini adalah momentum yang baik untuk musisi di Malang terus berkarya. Sebab kini tak perlu label agar bisa dikenal secara nasional.

”Kanal-kanal YouTube bisa menjadi media untuk itu (memperkenalkan lagu),” tuturnya. (Bersambung ke halaman selanjutnya)

 

MALANG – Di era saat ini, siapa saja bisa berkarya. Memanfaatkan media sosial, karya musik bisa disebar lebih mudah.

Pentolan Arema Voice Wahyu GV berkisah, dulu di era 80-an atau 90-an, sebuah karya cukup susah mengudara di radio. Masuk dapur rekaman juga bukan urusan mudah.

Ada proses seleksi yang benar-benar ketat dari produser-produser musik. ”Apabila lagunya bagus, tapi tidak mempunyai nilai jual, ya tidak dilirik,” tuturnya.

Saat itu, musisi kerap dilema. Mau rekaman mandiri, biaya dikeluarkan cukup besar. Tapi, apabila tidak masuk label, juga cukup sulit bagi musisi atau band bisa dikenal.

Saat gabung band Gang Voice, Wahyu sudah beberapa kali merasakan pengalaman itu. Beberapa lagunya sempat ditolak karena tidak sesuai dengan pasar.

”Lagumu terlalu berat,” kata dia menirukan ucapan salah satu produser musik.

Baca Juga : Tampil 3 Jam, Dubes Tantowi Yahya Pukau Ratusan Pecinta Musik Country.

Meski begitu, Wahyu mengaku tetap menikmati masa-masa tersebut. Pasalnya, momentum itu lah yang membentuk mental dia dan rekan-rekannya.

Dari penolakan itu, dia dan rekan-rekannya semakin semangat dalam berkarya. Dia juga lebih bersemangat dalam mengembangkan skill bermain musik.

Poin itu diperlukan untuk mendapatkan golden ticket atau perhatian dari penikmat musik.

”Pendengar musik di Malang itu kritis. Bila sudah diterima di sini (Malang), maka punya potensi untuk ke nasional,” ucapnya.

Wahyu menyebut bila era saat ini adalah momentum yang baik untuk musisi di Malang terus berkarya. Sebab kini tak perlu label agar bisa dikenal secara nasional.

”Kanal-kanal YouTube bisa menjadi media untuk itu (memperkenalkan lagu),” tuturnya. (Bersambung ke halaman selanjutnya)

Wajib Dibaca

Artikel Terbaru