TURUNKAN KADAR KUNING: Tenaga kesehatan RSUD Kota Malang saat menunjukkan alat fototerapi untuk bayi.
RSUD Kota Malang Punya Alat Fototerapi untuk Turunkan Kadar Kuning
MALANG KOTA – Kondisi bayi yang mengalami Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) perlu segera mendapatkan perawatan khusus. Hal itu disampaikan Kepala Instalasi Perinatologi dan Dokter Spesialis Anak RSUD Kota Malang dr Agung Prasetyo Wibowo SpA.
dr Agung mengatakan, secara prinsip misi dari tenaga kesehatan adalah ikut mendukung bagaimana anak BBLR itu bisa sehat. Disebut anak apabila berusia 18 tahun ke bawah. Dengan rincian, usia remaja di bawah 18 tahun, usia balita di bawah 5 tahun, usia bayi 28 hari sampai 1 tahun dan bayi baru lahir di bawah 28 hari. ”Bagian dari kewajiban kami adalah untuk bagaimana anak (BBLR) tersebut tumbuh kembangnya bisa sehat mengejar anak-anak yang seumuran (lahir sesuai bulan),” katanya.
dr Agung Prasetyo Wibowo SpA. Kepala Instalasi Perinatologi dan Dokter Spesialis Anak RSUD Kota Malang
Pada umumnya, kata dr Agung bayi BBLR dibagi menjadi dua. Yaitu BBLR karena prematur (lahir kurang dari 37 minggu umur kehamilan). Serta BBLR karena umur kehamilannya cukup tapi memang bayinya kecil. ”Jika prematur, masalahnya lebih kompleks, karena organ tubuh bayi biasanya belum sempurna. Sementara BBLR lain (cukup umur kehamilan namun bayi lahir kecil) bisa disebabkan faktor ibunya darah tinggi, sehingga pertumbuhan janin terhambat,” ucapnya.
Dampak dari BBLR adalah organ tubuh bayi paru-parunya tidak bekerja optimal, sehingga dr Agung menyebut biasanya pasien mengalami sesak nafas. Oleh karenanya, harus segera dilakukan pemberian pertolongan. Mulai dari obat-obatan hingga alat bantu nafas. Berjalannya waktu, harapannya paru-paru anak (BBLR) akan menjadi matang. Seperti halnya anak-anak yang tidak prematur. ”Setelah masa kritisnya selesai (sesak nafasnya berkurang dan anak bisa minum), baru kita kejar pertumbuhannya, biar berat badannya mulai naik. Atau sampai pasien itu bisa dirawat oleh ortunya di rumah. Kemudian baru bisa kontrol di poliklinik sampai bayi tersebut memang benar-benar memiliki berat badan normal,” paparnya.
Selain itu, dr Agung juga menjelaskan fungsi dari alat fototerapi yang dimiliki RSUD Kota Malang. Alat ini untuk menurunkan kadar bilirubin (kuning). Sebab, jika bilirubin itu menumpuk di otak akibatnya akan terjadi ensefalopati (kerusakan otak). ”Jika hal itu terjadi, maka anak bisa beresiko terjadi kejang. Oleh karenanya alat ini gunanya untuk menurunkan kadar bilirubin pada bayi,” jelasnya.
Sebelum dilakukan fototerapi, biasanya bayi kuning akan diperiksa darahnya. Tujuannya untuk mengetahui kadar kuningnya. Bila kadar kuning pada usianya ternyata melebihi batas aman, maka disarankan untuk fototerapi.
Dr Agung menyarankan agar setiap ibu hamil menjaga kondisi janinnya. Tipsnya adalah rutin kontrol dokter untuk melihat tumbuh kembang bayi. Minimal dilakukan di posyandu atau puskesmas setiap bulannya. Selain itu, ibu hamil juga harus minum dan makanan bergizi. ”Memang bayi prematur perawatannya lebih rumit. Di Indonesia, terutama di Malang tidak sedikit jumlah bayi prematur. Di RSUD, per 2021 ada 21 bayi prematur, artinya perbulan 1-2 bayi. Dan jumlahnya relatif tetap dari tahun ke tahun. Jumlah itu belum kasus yang tidak dilaporkan. Oleh karenanya penting menjaga tumbuh kembang bayi sejak di masa kehamilan,” pungkasnya. (bin/dik)
RSUD Kota Malang Punya Alat Fototerapi untuk Turunkan Kadar Kuning
MALANG KOTA – Kondisi bayi yang mengalami Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) perlu segera mendapatkan perawatan khusus. Hal itu disampaikan Kepala Instalasi Perinatologi dan Dokter Spesialis Anak RSUD Kota Malang dr Agung Prasetyo Wibowo SpA.
dr Agung mengatakan, secara prinsip misi dari tenaga kesehatan adalah ikut mendukung bagaimana anak BBLR itu bisa sehat. Disebut anak apabila berusia 18 tahun ke bawah. Dengan rincian, usia remaja di bawah 18 tahun, usia balita di bawah 5 tahun, usia bayi 28 hari sampai 1 tahun dan bayi baru lahir di bawah 28 hari. ”Bagian dari kewajiban kami adalah untuk bagaimana anak (BBLR) tersebut tumbuh kembangnya bisa sehat mengejar anak-anak yang seumuran (lahir sesuai bulan),” katanya.
dr Agung Prasetyo Wibowo SpA. Kepala Instalasi Perinatologi dan Dokter Spesialis Anak RSUD Kota Malang
Pada umumnya, kata dr Agung bayi BBLR dibagi menjadi dua. Yaitu BBLR karena prematur (lahir kurang dari 37 minggu umur kehamilan). Serta BBLR karena umur kehamilannya cukup tapi memang bayinya kecil. ”Jika prematur, masalahnya lebih kompleks, karena organ tubuh bayi biasanya belum sempurna. Sementara BBLR lain (cukup umur kehamilan namun bayi lahir kecil) bisa disebabkan faktor ibunya darah tinggi, sehingga pertumbuhan janin terhambat,” ucapnya.
Dampak dari BBLR adalah organ tubuh bayi paru-parunya tidak bekerja optimal, sehingga dr Agung menyebut biasanya pasien mengalami sesak nafas. Oleh karenanya, harus segera dilakukan pemberian pertolongan. Mulai dari obat-obatan hingga alat bantu nafas. Berjalannya waktu, harapannya paru-paru anak (BBLR) akan menjadi matang. Seperti halnya anak-anak yang tidak prematur. ”Setelah masa kritisnya selesai (sesak nafasnya berkurang dan anak bisa minum), baru kita kejar pertumbuhannya, biar berat badannya mulai naik. Atau sampai pasien itu bisa dirawat oleh ortunya di rumah. Kemudian baru bisa kontrol di poliklinik sampai bayi tersebut memang benar-benar memiliki berat badan normal,” paparnya.
Selain itu, dr Agung juga menjelaskan fungsi dari alat fototerapi yang dimiliki RSUD Kota Malang. Alat ini untuk menurunkan kadar bilirubin (kuning). Sebab, jika bilirubin itu menumpuk di otak akibatnya akan terjadi ensefalopati (kerusakan otak). ”Jika hal itu terjadi, maka anak bisa beresiko terjadi kejang. Oleh karenanya alat ini gunanya untuk menurunkan kadar bilirubin pada bayi,” jelasnya.
Sebelum dilakukan fototerapi, biasanya bayi kuning akan diperiksa darahnya. Tujuannya untuk mengetahui kadar kuningnya. Bila kadar kuning pada usianya ternyata melebihi batas aman, maka disarankan untuk fototerapi.
Dr Agung menyarankan agar setiap ibu hamil menjaga kondisi janinnya. Tipsnya adalah rutin kontrol dokter untuk melihat tumbuh kembang bayi. Minimal dilakukan di posyandu atau puskesmas setiap bulannya. Selain itu, ibu hamil juga harus minum dan makanan bergizi. ”Memang bayi prematur perawatannya lebih rumit. Di Indonesia, terutama di Malang tidak sedikit jumlah bayi prematur. Di RSUD, per 2021 ada 21 bayi prematur, artinya perbulan 1-2 bayi. Dan jumlahnya relatif tetap dari tahun ke tahun. Jumlah itu belum kasus yang tidak dilaporkan. Oleh karenanya penting menjaga tumbuh kembang bayi sejak di masa kehamilan,” pungkasnya. (bin/dik)