MALANG KOTA – Merebaknya virus korona di Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Muflihun LDII Mojolangu, Lowokwaru, Kota Malang, beberapa waktu lalu sempat membuat waswas ponpes lainnya. Padahal, para santri sejak pandemi mewabah rata-rata sudah menerapkan pengurangan bahkan larangan agar para santri tidak sampai berinteraksi ke luar ponpes.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Malang dr Husnul Muarif menjelaskan, beberapa kasus positif Covid-19 di ponpes telah menjalani masa isolasi mandiri (isoman). Mereka yang menjalani isoman telah diserahkan ke Satgas Covid-19 daerah setempat. Apalagi, per kecamatan hingga kelurahan harus melaporkan datanya ke dinkes.
”Ya, semuanya mayoritas isoman dengan pengawasan superketat,” ujarnya.
Husnul juga menambahkan, semua ponpes di Kota Malang telah memiliki standar protokol kesehatan (prokes) yang ketat. Untuk itu, saat ini dia menyerahkan ke pengurus ponpes dan wilayah setempat agar pengawasan lebih ketat. Dia tak ingin penularan di ponpes terulang kembali. Hasil tracing yang dilakukan tim Satgas Covid-19 Kota Malang menunjukkan mutasi virus sudah semakin cepat. Bisa saja, dr Husnul melanjutkan, penularan dari benda berasal dari luar yang dibawa ke ponpes.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya pada Rabu lalu (30/6), telah dilakukan tracing terhadap para santri. Hasilnya, sebanyak 56 santri Ponpes Al-Muflihun LDII Mojolangu, Lowokwaru, Kota Malang, positif terpapar Covid-19.
Menanggapi hal itu, Pimpinan Ponpes Sabiilul Rosyad KH Marzuqi Mustamar mengatakan jika keadaan ponpes di Kota Malang telah mengetati protokol kesehatan. Seperti di ponpesnya, dia mewajibkan para santri untuk olahraga dan memakan makanan bergizi. Utamanya yakni bawang lanang.
”Para santri itu kami didik taat prokes dan malah melarang pulang karena sangat rawan penularan,” ujarnya.
Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Timur itu menambahkan, jika memulangkan santri, ada risiko yang harus ditanggung. Yakni pengawasan terhadap santri akan kurang. Mereka bisa saja keluar ke mana saja dan sudah terpapar Covid-19 di ruang publik. Belum lagi, jika memulangkan santri juga sama saja mengurangi nilai-nilai pendidikan. Salah satunya mengaji yang jika tak dilakukan berpotensi degradasi moral.
Untuk itu, KH Marzuqi ingin semua ponpes di Kota Malang mengetati prokes. Terutama dalam menjaga santri dan pengasuh baik secara jasmani maupun rohani.
”Kita harus paham dengan kondisi saat ini lagi genting, ya jangan sampai klaster ponpes itu ada lagi,” sambungnya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Kasi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama (Kemenag) Kota Malang Achmad Shampton. Dia mengatakan, jika standar protokol kesehatan (prokes) di setiap ponpes cukup ketat. Persebaran virus yang sangat cepat saat ini menjadi perhatian pengurus ponpes. Kasus yang terjadi di Mojolangu dan Dinoyo beberapa waktu lalu menjadi pengingat bahwa prokes harus diketati lagi.
”Saya sangat setuju jika PPKM darurat dilakukan saat ini supaya santri yang ada tetap bisa dijaga agar klaster ini tak terulang,” ujarnya pada Kamis lalu (1/7) saat rapat koordinasi PPKM darurat bersama Wali Kota Malang.
Achmad menambahkan, pihaknya selalu berkoordinasi dengan pihak ponpes supaya para santri bisa pulih 100 persen. Untuk ponpes yang lain, Kemenag berharap prokes terus ditingkatkan. PPKM darurat saat ini mendukung upaya penekanan angka Covid-19. Harapannya, tidak ada lagi persebaran virus yang memapar para santri. (adn/c1/mas/rmc)