MALANG – Laka maut rombongan ibu-ibu yang menewaskan 8 orang di Jalan Raya Simpar, Desa Wringinanom, Kecamatan Poncokusumo mengundang keprihatinan warga Suku Tengger. Hari ini (1/6), mereka menggelar ritual mendoakan korban tewas di TKP (tempat kejadian perkara) kecelakaan.
Kurang lebih sekitar 50 orang warga suku Tengger yang berasal dari desa Ranupani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang dan Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo ikut ambil bagian dalam acara tersebut. Mereka menggelar doa bersama di TKP dekat pohon tempat mobil pikap Mitsubishi L300 nopol N 9610 BD celaka. “Untuk yang hadir tadi ada tetua suku Tengger, Pemerintah Desa (Pemdes) Wringinanom, Ngadas dan Ranupani, Lumajang. Kalau ditotal seluruh peserta ada sekitar 50 orang,” terang Kepala Desa (Kades) Wringinanom, Ahmad Muslimin.
Ritual itu sendiri diawali dari pemasangan sesaji di area TKP laka, kemudian berlanjut pembakaran dupa dan berlanjut dengan doa yang dipimpin Ki Bambang selaku dukun adat Desa Ranupani dan Ki Sutomo dari Desa Ngadas yang disertai pembakaran Yoswa dan penyiraman air di titik benturan laka.
Acara yang diinisiasi warga Tengger Desa Ranupani dan Ngadas ini bertujuan untuk mendoakan para arwah. “Ritual yang dijalankan tadi pagi itu mendoakan para arwah korban yang meningggal dunia,” kata dia.
Selain itu, karena jalur tempat kejadian merupakan jalur wisata yang vital, ritual itu juga untuk memohon kepada Tuhan agar para pengendara diberikan keselamatan. “Mendoakan juga keselamatan para pengguna jalan raya dari wilayah Malang khususnya jalur Bromo-Tengger-Semeru,” ujarnya.
Pewarta: Biyan Mudzaky