Ada banyak cerita yang belum terungkap dari kepiluan para korban banjir bandang di Kota Batu 4 November lalu. Salah satunya yang dialami oleh Suliati Juliati. Motor Honda Vario yang dia kredit hanyut terseret air dan dapur rumahnya ambruk.
ANUGRAH BUDIAMIN
Suliati Juliati terlihat sedih saat bercerita tentang bencana banjir bandang yang menghajar rumahnya. Namun, wanita itu masih terlihat tegar.
Pedagang kue kering yang memiliki rumah produksi di bantaran Sungai Sambong itu menceritakan kisah dramatis yang dia alami saat kejadian banjir bandang. Sekitar pukul 15.00 WIB, dirinya pulang ke rumah itu setelah mengantarkan anaknya ke tempat pengajian. Seperti biasa, dia masuk ke rumah dengan santai. Namun siapa sangka, air bah yang tidak pernah bisa dia bayangkan itu muncul tiba-tiba.
“Waktu itu hujan deras, jadi saya tidak dengar apa-apa, yang saya dengar warga berteriak kalau air sungai banjir, saya lihat keluar, air sudah meluap,” ujar perempuan yang akrab disapa Juliati itu.
Saat perempuan berusia 40 tahun itu melihat aliran air sungai semakin deras, dia pun berniat untuk memindahkan sepeda motor miliknya yang diparkir di teras rumah. Belum sempat memindahkan motor, secara tiba-tiba air sungai meluap begitu besar dan langsung menghantam bagian dapur rumah berukuran 8 meter kali 14 meter itu.
Warga Dusun Sambong, Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji itu dengan panik berusaha menyelamatkan diri. Namun usahanya itu nyaris sia-sia. Dia sempat terseret arus sejauh 200 meter. Saat itu, Juliati mengaku tidak merasakan apa-apa, padahal kaki dan tangannya sudah terluka. Dirinya berhasil keluar dari banjir itu setelah berpegangan di batang pohon dan diselamatkan oleh warga.
“Dapur sampai roboh dan sepeda motor hanyut dengan semua mesin dan alat produksi kue. Apa lagi motor itu masih dalam masa kredit, sisa empat bulan,” ungkap Juliati sedih.
Untungnya, saat kejadian berlangsung, anak, suami dan karyawannya tidak ada di rumah. Saat itu, suaminya berada di Surabaya, sedangkan satu anaknya kuliah di Malang, satunya lagi berada di tempat pengajian. Sementara 6 orang karyawannya belum datang. “Karena cuaca saat itu hujan deras jadi mereka (karyawan) belum datang, waktu kejadian tidak ada siapa-siapa di rumah,” ucap istri Galuh Setiawan itu.
Saat disinggung soal motornya yang rusak, Juliati mengaku tidak mendapatkan klaim asuransi. Selain itu dia juga harus melunasi sisa tanggungan dari biaya kredit motor tersebut, “Suami sudah komunikasi tapi asuransi tidak berlaku, sementara tanggungannya masih ada sekitar Rp 6 juta,” tuturnya.
Atas kejadian tersebut, dia menaksir kerugian yang dialami mencapai Rp 150 juta. Sebab, selain kehilangan sepeda motor dan perabotan memasak, bangunan bagian dapur rumahnya pun ambruk dihantam banjir. “Tapi saya tidak menghitung nominalnya berapa, yang penting bersyukur masih bisa selamat,” imbuh perempuan dua anak itu. (*/lid)