24.7 C
Malang
Tuesday, 21 March 2023

Cuaca Ekstrem, Smart City Terima Banyak Laporan dari Petani

KOTA BATU – Cuaca dengan curah hujan tinggi sangat berimbas pada sektor pertanian. Hal tersebut lantaran banyaknya hama dan penyakit yang menyerang. Smart City yang digagas oleh Dinas Pertanian Kota Batu kini menerima minimal dua kali laporan dalam seminggu.

“Memang untuk itulah dibentuk tim cepat reaksi opini publik (CROP) yang berjumlah sembilan orang. Kami terjun secara langsung ke lapangan untuk menangani masalah,” ucap Ketua Tim CROP Retno Indahwati.

Ia mengungkapkan keluhan-keluhan akan dikirimkan oleh para petani dan langsung masuk ke server. Kemudian tim akan dibagi untuk menangani permasalah di wilayah-wilayah yang ada. Tidak semua aduan yang masuk akan ditangani oleh tim ini. Pernyataan tersebut karena masalah-masalah awam yang sudah biasa terjadi akan diselesaikan oleh penyuluh desa, yang setiap desanya memiliki satu personel. Jika penyuluh tidak bisa menyelesaikan masalah, barulah tim CROP yang akan langsung turun gunung.

Dalam kurun waktu 2×24 jam, pengaduan dari petani akan langsung diproses. “Pasti dapat teguran jika tidak segera dikerjakan. Maka secepat mungkin akan langsung kami respons,” katanya.

Retno menjelaskan setelah masalah dari petani masuk server dan diproses, tim akan langsung turun ke lapangan untuk melakukan indentifikasi. Aplikasi ini sudah diperkenalkan oleh seluruh petani di Batu. Sekarang, kurang lebih ada seribu petani yang telah aktif menggunakannya.

Mayoritas keluhan akhir-akhir ini adalah musim hujan yang melanda. Banyak petani sayur dan buah yang mengadu jika tanamannya busuk. Seperti yang diungkapkan Kepala Dinas Pertanian, Sugeng Pramono. “Banyak pengaduan seperti tomat dan apel yang busuk. Musim hujan seperti ini memang rawan untuk hama dan penyakit tanaman,” terangnya.

Menurut dia, hal tersebut dikarenakan kandungan air terlalu banyak yang disebabkan curah hujan tinggi. Bakteri akan semakin mudah berkembang dan membuat buah jadi busuk. Tim CROP akan memberikan bantuan berupa cara penanggulangan dan obat secara gratis. Namun jumlah yang diberikan tentu tidak sebanyak kebutuhan seluruh petani. “Stok kami juga terbatas, setidaknya bantuan obat yang diberikan bisa menjadi patokan. Kalau jumlahnya kurang memang harus menggunakan dana pribadi,” ujarnya.

Kedepannya, beberapa sosialisasi akan dilakukan. Pengendalian hama penyakit terhadap apel, sawi, dan kentang adalah agenda terdekat. Antisipasi sedini mungkin merupakan jalan keluar untuk masalah petani sejauh ini.

Pewarta: Wildan Agta Affirdausy

KOTA BATU – Cuaca dengan curah hujan tinggi sangat berimbas pada sektor pertanian. Hal tersebut lantaran banyaknya hama dan penyakit yang menyerang. Smart City yang digagas oleh Dinas Pertanian Kota Batu kini menerima minimal dua kali laporan dalam seminggu.

“Memang untuk itulah dibentuk tim cepat reaksi opini publik (CROP) yang berjumlah sembilan orang. Kami terjun secara langsung ke lapangan untuk menangani masalah,” ucap Ketua Tim CROP Retno Indahwati.

Ia mengungkapkan keluhan-keluhan akan dikirimkan oleh para petani dan langsung masuk ke server. Kemudian tim akan dibagi untuk menangani permasalah di wilayah-wilayah yang ada. Tidak semua aduan yang masuk akan ditangani oleh tim ini. Pernyataan tersebut karena masalah-masalah awam yang sudah biasa terjadi akan diselesaikan oleh penyuluh desa, yang setiap desanya memiliki satu personel. Jika penyuluh tidak bisa menyelesaikan masalah, barulah tim CROP yang akan langsung turun gunung.

Dalam kurun waktu 2×24 jam, pengaduan dari petani akan langsung diproses. “Pasti dapat teguran jika tidak segera dikerjakan. Maka secepat mungkin akan langsung kami respons,” katanya.

Retno menjelaskan setelah masalah dari petani masuk server dan diproses, tim akan langsung turun ke lapangan untuk melakukan indentifikasi. Aplikasi ini sudah diperkenalkan oleh seluruh petani di Batu. Sekarang, kurang lebih ada seribu petani yang telah aktif menggunakannya.

Mayoritas keluhan akhir-akhir ini adalah musim hujan yang melanda. Banyak petani sayur dan buah yang mengadu jika tanamannya busuk. Seperti yang diungkapkan Kepala Dinas Pertanian, Sugeng Pramono. “Banyak pengaduan seperti tomat dan apel yang busuk. Musim hujan seperti ini memang rawan untuk hama dan penyakit tanaman,” terangnya.

Menurut dia, hal tersebut dikarenakan kandungan air terlalu banyak yang disebabkan curah hujan tinggi. Bakteri akan semakin mudah berkembang dan membuat buah jadi busuk. Tim CROP akan memberikan bantuan berupa cara penanggulangan dan obat secara gratis. Namun jumlah yang diberikan tentu tidak sebanyak kebutuhan seluruh petani. “Stok kami juga terbatas, setidaknya bantuan obat yang diberikan bisa menjadi patokan. Kalau jumlahnya kurang memang harus menggunakan dana pribadi,” ujarnya.

Kedepannya, beberapa sosialisasi akan dilakukan. Pengendalian hama penyakit terhadap apel, sawi, dan kentang adalah agenda terdekat. Antisipasi sedini mungkin merupakan jalan keluar untuk masalah petani sejauh ini.

Pewarta: Wildan Agta Affirdausy

Wajib Dibaca

Artikel Terbaru