21.4 C
Malang
Saturday, 25 March 2023

Akhirnya, Pelaku Wisata hingga Sopir di Kota Batu Sambat Juga

KOTA BATU – Jika tidak diperpanjang, PPKM Darurat tinggal menyisakan dua hari lagi. Meski sempat ngempet dengan kondisi yang ada, para pelaku wisata hingga para sopir angkot di Kota Batu akhirnya sambat juga. Mereka merasakan sepinya sektor wisata membuat mereka kembang kempis.

Sebelumnya, para sopir angkot masih bisa mendapat penumpang masyarakat umum hingga pedagang pasar. Namun sejak PPKM Darurat, nyaris tidak ada penumpang. Salah satu pengurus Paguyuban Angkot Batu, Ahmad Sudarmawan, mengatakan selama PPKM darurat, 90 persen tidak ada penumpang. ”Yang beroperasi ini kebanyakan sopir yang punya armada sendiri, kalau yang kejar setoran ya tidak bisa beroperasi,” katanya.

Sebelum pandemi, jumlah angkot yang beroperasi sebanyak 500 angkot, kini menyusut hanya sekitar 50 angkot yang ada. Mereka harus mengisi di tiap trayek jurusan yang sudah ditetapkan. ”Sekarang PPKM dari Batu ke Kota Malang susah, dari sana ke sini ya susah. Pendem ditutup, harus muter, ya susah pokoknya selama PPKM ini,” tambahnya dengan sedih.

Selain itu, dampak PPKM darurat juga terasa bagi pelaku wisata. Salah satunya wisata di Coban Talun yang terpaksa menolak pengunjung. Penjaga loket Coban Talun Samsul mengatakan bahwa selama PPKM darurat ada ratusan pengunjung yang terpaksa putar balik. ”Banyak yang putar balik, kami beri tahu bahwa ada kebijakan pemerintah PPKM darurat ini, ya semuanya taat peraturan (karena tempat wisata juga tutup),” katanya.

Menurutnya, bukan hanya di Coban Talun, hal itu juga terjadi di Coban Putri dan Coban Rais. Semua pengunjung terpaksa harus putar balik karena demi kebaikan bersama untuk memutus penyebaran virus Covid-19. ”Pastinya mereka kecewa tidak diizinkan masuk, tapi ya mau bagaimana lagi sudah kebijakan dari pemerintah. Kami tinggal menjalankan, demi kebaikan bersama juga,” tambahnya.

Sebelum diberlakukan PPKM darurat ini, wisata alam Coban Talun sudah mulai ramai akan pengunjung meskipun tidak seperti sebelumnya. Kenaikannya sudah berkisar 40 persen dari awal pandemi Covid-19, namun saat ini surut kembali. (rmc/cj3/mas)

KOTA BATU – Jika tidak diperpanjang, PPKM Darurat tinggal menyisakan dua hari lagi. Meski sempat ngempet dengan kondisi yang ada, para pelaku wisata hingga para sopir angkot di Kota Batu akhirnya sambat juga. Mereka merasakan sepinya sektor wisata membuat mereka kembang kempis.

Sebelumnya, para sopir angkot masih bisa mendapat penumpang masyarakat umum hingga pedagang pasar. Namun sejak PPKM Darurat, nyaris tidak ada penumpang. Salah satu pengurus Paguyuban Angkot Batu, Ahmad Sudarmawan, mengatakan selama PPKM darurat, 90 persen tidak ada penumpang. ”Yang beroperasi ini kebanyakan sopir yang punya armada sendiri, kalau yang kejar setoran ya tidak bisa beroperasi,” katanya.

Sebelum pandemi, jumlah angkot yang beroperasi sebanyak 500 angkot, kini menyusut hanya sekitar 50 angkot yang ada. Mereka harus mengisi di tiap trayek jurusan yang sudah ditetapkan. ”Sekarang PPKM dari Batu ke Kota Malang susah, dari sana ke sini ya susah. Pendem ditutup, harus muter, ya susah pokoknya selama PPKM ini,” tambahnya dengan sedih.

Selain itu, dampak PPKM darurat juga terasa bagi pelaku wisata. Salah satunya wisata di Coban Talun yang terpaksa menolak pengunjung. Penjaga loket Coban Talun Samsul mengatakan bahwa selama PPKM darurat ada ratusan pengunjung yang terpaksa putar balik. ”Banyak yang putar balik, kami beri tahu bahwa ada kebijakan pemerintah PPKM darurat ini, ya semuanya taat peraturan (karena tempat wisata juga tutup),” katanya.

Menurutnya, bukan hanya di Coban Talun, hal itu juga terjadi di Coban Putri dan Coban Rais. Semua pengunjung terpaksa harus putar balik karena demi kebaikan bersama untuk memutus penyebaran virus Covid-19. ”Pastinya mereka kecewa tidak diizinkan masuk, tapi ya mau bagaimana lagi sudah kebijakan dari pemerintah. Kami tinggal menjalankan, demi kebaikan bersama juga,” tambahnya.

Sebelum diberlakukan PPKM darurat ini, wisata alam Coban Talun sudah mulai ramai akan pengunjung meskipun tidak seperti sebelumnya. Kenaikannya sudah berkisar 40 persen dari awal pandemi Covid-19, namun saat ini surut kembali. (rmc/cj3/mas)

Wajib Dibaca

Artikel Terbaru