22 C
Malang
Sunday, 4 June 2023

Harga Murah, Produksi Telur Ayam di Kota Batu Turun

BATU – Produksi telur di Kota Batu terus mengalami penurunan sejak pandemi Covid-19 lalu. Hingga kini produksinya belum bisa pulih sebagaimana sebelum pandemi.

 

Data dari  Badan Pusat Statistik (PBS) Kota Batu menunjukkan jumlah produksi telur terlihat penurunan paling signifikan pada tahun 2022. Pada tahun tersebut produksinya hanya sekitar 716 ton. Sangat berbeda dengan dua tahun sebelumnya yang mencapai sekitar 1.400 an ton.

 

Menurut Kabid peternakan dan Perikanan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu Sri Nurcahyani Rahayu, selain dampak pandemi penurunan tersebut juga merupakan sebuah siklus. “Biasanya ketika harga telur turun mereka memilih mengosongkan kandang,” ujarnya pada (16/3).

 

Biasanya jika harga telur murah ada yang menjual ayam murah petelur di pinggir jalan. Ayam tersebut adalah yang sudah tua atau tidak produktif. “Pernah lihat kan yang biasanya dijual Rp 100 ribu dapat empat ekor,” jelas Rahayu.

 

Para peternak kemudian memilih mengisi kandang lagi setelah harga telur membaik. Karena ketika dipaksakan memelihara terus, maka yang ada hanya akan merugikan peternak. Karena pasar mintanya yang murah sedangkan harga pokok produksi (HPP) para peternak di Kota Batu tetap.

 

Apalagi, kebanyakan pakan ayam harus mendatangkan dari luar kota. Sehingga juga akan menambah biaya produksi. Dan untuk pemenuhan permintaan telur di Kota Batu, masih membutuhkan dari luar kota, sehingga biasanya harganya pun mengikuti dari luar kota.

 

Menurut dia, berkurangnya produksi sudah seperti siklus. “Nanti kalau sudah harga naik, para peternak juga akan kembali mengisi kandangnya,” kata Rahayu. (iza/lid)

BATU – Produksi telur di Kota Batu terus mengalami penurunan sejak pandemi Covid-19 lalu. Hingga kini produksinya belum bisa pulih sebagaimana sebelum pandemi.

 

Data dari  Badan Pusat Statistik (PBS) Kota Batu menunjukkan jumlah produksi telur terlihat penurunan paling signifikan pada tahun 2022. Pada tahun tersebut produksinya hanya sekitar 716 ton. Sangat berbeda dengan dua tahun sebelumnya yang mencapai sekitar 1.400 an ton.

 

Menurut Kabid peternakan dan Perikanan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu Sri Nurcahyani Rahayu, selain dampak pandemi penurunan tersebut juga merupakan sebuah siklus. “Biasanya ketika harga telur turun mereka memilih mengosongkan kandang,” ujarnya pada (16/3).

 

Biasanya jika harga telur murah ada yang menjual ayam murah petelur di pinggir jalan. Ayam tersebut adalah yang sudah tua atau tidak produktif. “Pernah lihat kan yang biasanya dijual Rp 100 ribu dapat empat ekor,” jelas Rahayu.

 

Para peternak kemudian memilih mengisi kandang lagi setelah harga telur membaik. Karena ketika dipaksakan memelihara terus, maka yang ada hanya akan merugikan peternak. Karena pasar mintanya yang murah sedangkan harga pokok produksi (HPP) para peternak di Kota Batu tetap.

 

Apalagi, kebanyakan pakan ayam harus mendatangkan dari luar kota. Sehingga juga akan menambah biaya produksi. Dan untuk pemenuhan permintaan telur di Kota Batu, masih membutuhkan dari luar kota, sehingga biasanya harganya pun mengikuti dari luar kota.

 

Menurut dia, berkurangnya produksi sudah seperti siklus. “Nanti kalau sudah harga naik, para peternak juga akan kembali mengisi kandangnya,” kata Rahayu. (iza/lid)

Wajib Dibaca

Artikel Terbaru