27.9 C
Malang
Wednesday, 29 March 2023

Dinkes Batu Temukan 12 Efek Samping Vaksinasi

KOTA BATU – Kekhawatiran sejumlah warga dengan efek vaksin Covid-19 memang terbukti. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batu telah menemukan adanya 12 kasus kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI) dari vaksinasi Covid-19.

Hal itu tercatat sejak awal kegiatan vaksinasi dimulai sekitar bulan Januari hingga April lalu. Kejadian tersebut semuanya berasal dari vaksin Sinovac.
Kepala Seksi Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Menular Dan Tidak Menular Dinkes Kota Batu dr Fauzul Wildan Suaidi mengatakan, kasus KIPI yang ditemukan hanya kategori ringan. Sehingga, tidak memerlukan penanganan lebih lanjut. Mereka yang mengalami kasus tersebut yakni tenaga kesehatan dan pelayan publik.

”Selama vaksinasi, belum ditemukan kasus KIPI berat,” ujar pria yang akrab disapa Fauzul itu.

Lebih jauh, Fauzul menuturkan, KIPI yang ditemukan di Kota Batu hanya berskala ringan. Misalnya demam, mual, pusing, dan mengantuk setelah divaksin. Gejala-gejala tersebut menurutnya tidak terjadi dalam jangka panjang. Sehingga, rata-rata penanganannya hanya dilakukan saat observasi di layanan vaksinasi.

Fauzul mengatakan, penanganan lebih lanjut akan diberikan jika gejala tidak sembuh dalam waktu beberapa jam. Di antaranya dengan merujuk pasien ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.

”Sejauh ini belum ada yang dirujuk, tetapi ada kejadian yang sampai pingsan karena takut jarum suntik, tapi itu tidak termasuk kasus KIPI. Itu karena faktor psikis,” lanjutnya.

Fauzul menuturkan, KIPI akan muncul maksimal dalam waktu 24 jam. Jika sudah melewati jangka waktu tersebut, menurutnya, tidak lagi masuk kategori KIPI alias bukan dampak vaksinasi.

”Kemudian ketika terjadi KIPI, tanggung jawab penanganan oleh Pemkot Batu melalui dinas kesehatan,” katanya.

Begitu ada kasus KIPI, menurutnya, tim vaksinasi akan melihat batch vaksin yang disuntikkan. Dari sana bisa dianalisis apakah kasus yang timbul itu merupakan KIPI atau faktor lainnya.

Dia juga mengimbau bagi masyarakat yang telah tervaksinasi tetapi terjadi gejala KIPI untuk segera melaporkan ke layanan kesehatan terdekat. Lalu, efek samping dari vaksinasi Covid-19 tidak dialami semua orang. ”Tertentu saja yang mengalami efek samping,” ujarnya.

Adanya laporan efek samping ringan setelah divaksin Sinovac diimbau juga masyarakat tak perlu khawatir karena itu masih wajar. Menurutnya, orang dengan ketahanan fisik yang lebih kuat, cenderung tidak merasakan efek samping.

”Karena itu saya mengimbau masyarakat untuk tidak perlu ragu divaksin. Dengan vaksin kita melindungi diri sendiri, keluarga, dan orang lain,” katanya.

Fauzul menegaskan, keamanan vaksin Sinovac sudah dijamin. Bahkan efikasinya (tingkat kemanjuran) mencapai 63 persen, di atas standar minimal yang dipersyaratkan WHO (lembaga kesehatan dunia) sebesar 50 persen.

Fauzul bersyukur hingga saat ini pelaksanaan vaksinasi berjalan lancar. Termasuk vaksinasi bagi pedagang di Pasar Sayur dan Hotel Purnama kemarin (28/5). Dalam kegiatan vaksinasi di dua tempat itu dengan target sasaran sejumlah 430 orang. Para pedagang mendapat vaksin AstraZeneca tahap pertama.

”Nanti dosis kedua menunggu 12 minggu kemudian karena ini beda dengan Sinovac,” katanya.

Sebenarnya dari dinas koperasi, usaha mikro, perindustrian, dan perdagangan ada sekitar 3.000 pedagang yang diusulkan untuk mendapatkan fasilitas vaksinasi. Tetapi, masih sekitar 600 pedagang yang telah tervaksinasi. (nug/c1/abm/rmc)

KOTA BATU – Kekhawatiran sejumlah warga dengan efek vaksin Covid-19 memang terbukti. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batu telah menemukan adanya 12 kasus kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI) dari vaksinasi Covid-19.

Hal itu tercatat sejak awal kegiatan vaksinasi dimulai sekitar bulan Januari hingga April lalu. Kejadian tersebut semuanya berasal dari vaksin Sinovac.
Kepala Seksi Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Menular Dan Tidak Menular Dinkes Kota Batu dr Fauzul Wildan Suaidi mengatakan, kasus KIPI yang ditemukan hanya kategori ringan. Sehingga, tidak memerlukan penanganan lebih lanjut. Mereka yang mengalami kasus tersebut yakni tenaga kesehatan dan pelayan publik.

”Selama vaksinasi, belum ditemukan kasus KIPI berat,” ujar pria yang akrab disapa Fauzul itu.

Lebih jauh, Fauzul menuturkan, KIPI yang ditemukan di Kota Batu hanya berskala ringan. Misalnya demam, mual, pusing, dan mengantuk setelah divaksin. Gejala-gejala tersebut menurutnya tidak terjadi dalam jangka panjang. Sehingga, rata-rata penanganannya hanya dilakukan saat observasi di layanan vaksinasi.

Fauzul mengatakan, penanganan lebih lanjut akan diberikan jika gejala tidak sembuh dalam waktu beberapa jam. Di antaranya dengan merujuk pasien ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.

”Sejauh ini belum ada yang dirujuk, tetapi ada kejadian yang sampai pingsan karena takut jarum suntik, tapi itu tidak termasuk kasus KIPI. Itu karena faktor psikis,” lanjutnya.

Fauzul menuturkan, KIPI akan muncul maksimal dalam waktu 24 jam. Jika sudah melewati jangka waktu tersebut, menurutnya, tidak lagi masuk kategori KIPI alias bukan dampak vaksinasi.

”Kemudian ketika terjadi KIPI, tanggung jawab penanganan oleh Pemkot Batu melalui dinas kesehatan,” katanya.

Begitu ada kasus KIPI, menurutnya, tim vaksinasi akan melihat batch vaksin yang disuntikkan. Dari sana bisa dianalisis apakah kasus yang timbul itu merupakan KIPI atau faktor lainnya.

Dia juga mengimbau bagi masyarakat yang telah tervaksinasi tetapi terjadi gejala KIPI untuk segera melaporkan ke layanan kesehatan terdekat. Lalu, efek samping dari vaksinasi Covid-19 tidak dialami semua orang. ”Tertentu saja yang mengalami efek samping,” ujarnya.

Adanya laporan efek samping ringan setelah divaksin Sinovac diimbau juga masyarakat tak perlu khawatir karena itu masih wajar. Menurutnya, orang dengan ketahanan fisik yang lebih kuat, cenderung tidak merasakan efek samping.

”Karena itu saya mengimbau masyarakat untuk tidak perlu ragu divaksin. Dengan vaksin kita melindungi diri sendiri, keluarga, dan orang lain,” katanya.

Fauzul menegaskan, keamanan vaksin Sinovac sudah dijamin. Bahkan efikasinya (tingkat kemanjuran) mencapai 63 persen, di atas standar minimal yang dipersyaratkan WHO (lembaga kesehatan dunia) sebesar 50 persen.

Fauzul bersyukur hingga saat ini pelaksanaan vaksinasi berjalan lancar. Termasuk vaksinasi bagi pedagang di Pasar Sayur dan Hotel Purnama kemarin (28/5). Dalam kegiatan vaksinasi di dua tempat itu dengan target sasaran sejumlah 430 orang. Para pedagang mendapat vaksin AstraZeneca tahap pertama.

”Nanti dosis kedua menunggu 12 minggu kemudian karena ini beda dengan Sinovac,” katanya.

Sebenarnya dari dinas koperasi, usaha mikro, perindustrian, dan perdagangan ada sekitar 3.000 pedagang yang diusulkan untuk mendapatkan fasilitas vaksinasi. Tetapi, masih sekitar 600 pedagang yang telah tervaksinasi. (nug/c1/abm/rmc)

Wajib Dibaca

Artikel Terbaru