25.5 C
Jakarta
Wednesday, June 7, 2023

3.601 Balita di Kota Malang Terindikasi Stunting

MALANG KOTA – Penanganan stunting atau problem tumbuh kembang anak di Kota Malang mulai menunjukkan progres signifikan. Di tahun lalu, persentasenya masih 9,9 persen. Tahun ini sudah turun menjadi 9,5 persen. Bila ditotal, masih ada 3.601 balita yang mengalami stunting. ”Itu real karena berdasarkan rekapitulasi timbang badan,” terang Wali Kota Malang Sutiaji, kemarin (5/9) dalam acara Rembuk Stunting di Ijen Suites Resort & Convention Malang. Sebelumnya, dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) Kota Malang tahun 2018 sampai 2023, pemkot menarget angka stunting bisa turun MALANG KOTA di bawah 14 persen)

Sutiaji merinci ada banyak instrumen yang digunakan untuk menentukan angka stunting. Selain timbang badan, jumlah pasangan usia subur (PUS) atau pasangan yang menikah pada usia dini juga memengaruhi. 

Meski terdapat penurunan, tetap ada pekerjaan rumah (PR) yang harus dituntaskan pemkot. Yakni melakukan penanganan terhadap sejumlah kawasan yang memiliki potensi stunting tinggi. Berdasarkan data Pemkot Malang, terdapat 34 kelurahan yang perlu mendapat perhatian lebih. Itu tercantum dalam Keputusan Wali Kota Malang nomor 188.45/180/35.73.112/2022. Salah satu kawasan yang memiliki jumlah PUS tinggi adalah Kecamatan Lowokwaru, terutama di Kelurahan Tlogomas dan Dinoyo. ”Untuk itu kesadaran masyarakat harus ditingkatkan. Seperti lewat penguatan literasi ke PUS,” imbuh Sutiaji. 

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang dr Husnul Muarif menambahkan, dari 34 kelurahan, ada 10 kelurahan yang masuk prioritas pengentasan stunting. Meliputi Kelurahan Tlogomas, Sumbersari, Bumiayu, Klojen, Tunggulwulung, Dinoyo, Tunjungsekar, Kiduldalem, Blimbing dan Kauman. Angka stunting tertinggi berdasar rekapitulasi tinggi badan menurut umur dipegang Kelurahan Tlogomas, dengan persentase 27,16 persen. 

”Penanganan stunting memerlukan langkah holistik. Tidak bisa hanya pemkot atau Dinkes Kota Malang saja. Harus bersama-sama dengan stakeholder lainnya,” papar pejabat eselon II B Kota Malang itu. Bila ditotal, sepanjang 2022 ini sudah ada 37.723 balita yang diperiksa petugas kesehatan. Dari total itu lah didapati masih ada 3.601 balita yang stunting. (mel/by)

MALANG KOTA – Penanganan stunting atau problem tumbuh kembang anak di Kota Malang mulai menunjukkan progres signifikan. Di tahun lalu, persentasenya masih 9,9 persen. Tahun ini sudah turun menjadi 9,5 persen. Bila ditotal, masih ada 3.601 balita yang mengalami stunting. ”Itu real karena berdasarkan rekapitulasi timbang badan,” terang Wali Kota Malang Sutiaji, kemarin (5/9) dalam acara Rembuk Stunting di Ijen Suites Resort & Convention Malang. Sebelumnya, dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) Kota Malang tahun 2018 sampai 2023, pemkot menarget angka stunting bisa turun MALANG KOTA di bawah 14 persen)

Sutiaji merinci ada banyak instrumen yang digunakan untuk menentukan angka stunting. Selain timbang badan, jumlah pasangan usia subur (PUS) atau pasangan yang menikah pada usia dini juga memengaruhi. 

Meski terdapat penurunan, tetap ada pekerjaan rumah (PR) yang harus dituntaskan pemkot. Yakni melakukan penanganan terhadap sejumlah kawasan yang memiliki potensi stunting tinggi. Berdasarkan data Pemkot Malang, terdapat 34 kelurahan yang perlu mendapat perhatian lebih. Itu tercantum dalam Keputusan Wali Kota Malang nomor 188.45/180/35.73.112/2022. Salah satu kawasan yang memiliki jumlah PUS tinggi adalah Kecamatan Lowokwaru, terutama di Kelurahan Tlogomas dan Dinoyo. ”Untuk itu kesadaran masyarakat harus ditingkatkan. Seperti lewat penguatan literasi ke PUS,” imbuh Sutiaji. 

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang dr Husnul Muarif menambahkan, dari 34 kelurahan, ada 10 kelurahan yang masuk prioritas pengentasan stunting. Meliputi Kelurahan Tlogomas, Sumbersari, Bumiayu, Klojen, Tunggulwulung, Dinoyo, Tunjungsekar, Kiduldalem, Blimbing dan Kauman. Angka stunting tertinggi berdasar rekapitulasi tinggi badan menurut umur dipegang Kelurahan Tlogomas, dengan persentase 27,16 persen. 

”Penanganan stunting memerlukan langkah holistik. Tidak bisa hanya pemkot atau Dinkes Kota Malang saja. Harus bersama-sama dengan stakeholder lainnya,” papar pejabat eselon II B Kota Malang itu. Bila ditotal, sepanjang 2022 ini sudah ada 37.723 balita yang diperiksa petugas kesehatan. Dari total itu lah didapati masih ada 3.601 balita yang stunting. (mel/by)

Wajib Dibaca

Artikel Terbaru