21.9 C
Malang
Wednesday, 29 March 2023

Di 2022, Tiga Anak Meninggal karena Serangan DBD

MALANG KOTA – Ini mungkin jadi peringatan untuk masyarakat Kota Malang selama musim pancaroba. Sebab, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) selama lima bulan awal tahun ini menunjukkan peningkatan jika dibanding tahun lalu. Naiknya pun cukup drastis, bahkan tercatat tiga anak meninggal dunia.

Sejak Januari hingga Mei tahun ini, setidaknya sudah ada 248 kasus DBD yang menjangkiti masyarakat Kota Malang. Jumlah itu naik ketimbang lima bulan pertama tahun lalu yang hanya mencatatkan 40 kasus. Peningkatan tersebut terjadi karena sejumlah faktor. Salah satunya adalah pola hidup masyarakat, khususnya kelengahan dalam membiarkan potensi sarang jentik nyamuk. ”Itu memang jadi faktor terbanyak, Bahkan pada Januari lalu saja, DBD tembus 127 kasus,” ungkap Kasie Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang dr Bayu Tjahjawibawa.

Dia menambahkan, kasus DBD pada Januari memang merupakan penyumbang terbanyak. Angkanya sangat jauh jika dibandingkan dengan Januari 2021 lalu yang hanya tercatat 12 kasus. Kenaikan yang sangat drastis itu diyakini sebagai imbas tingginya intensitas hujan pada awal tahun ini. Meski demikian, kasus DBD selama beberapa bulan terakhir terus mengalami penurunan. Pada Februari hingga akhir April lalu, rata-rata jumlah pasien DBD di bawah 50 kasus. ”Terendah mulai April lalu yang hanya 30 kasus saja,” jelas Bayu. Sementara itu, jumlah pasien DBD di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang cenderung menurun beberapa bulan terakhir.

Menurut Spesialis Penyakit Dalam dr Didi Candradikusuma SpPD, salah satu penyebabnya adalah meningkatnya kasus Covid-19 varian Omicron, sehingga banyak yang takut pergi ke rumah sakit. ”Menurut SOP-nya, pasien rawat inap harus melakukan tes swab. Namun bisa juga karena jumlah kasus DBD yang memang sedikit,” terang Kepala Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi SMF Ilmu Penyakit Dalam FKUB/RSSA tersebut.

Didi mengungkapkan, sebagai fasilitas kesehatan kelas tiga atau rujukan tertinggi, jarang ada pasien DBD dewasa yang dirawat di RSSA. Kebanyakan mereka dirawat di rumah sakit kelas dua. Ia mengestimasikan, sampai dengan 10 Mei, jumlah kasus DBD pada orang dewasa tidak lebih dari 20 pasien. Staf Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Pediatri SMF Ilmu Kesehatan Anak FKUB/RSSA dr Irene Ratridewi Huwae SpAK mengatakan, dalam empat bulan terakhir terdapat sekitar 30 pasien DBD.

Tiga di antaranya meninggal. Seluruh kasus tersebut merupakan rujukan dari rumah sakit lain yang datang dalam kondisi sudah terminal. ”Dalam catatan saya, hanya empat anak yang tidak memerlukan HCU/PICU. Yang lain memerlukan karena mengalami kondisi-kondisi tertentu. Seperti kebocoran pembuluh darah yang diakibatkan respons imun karena virus dengue, tidak sadar, pendarahan, gagal napas, hingga kejang-kejang,” jelas Irene.

Tiga pasien DBD yang meninggal itu semua berasal dari Malang. Dua kasus terjadi pada Februari, sementara satu kasus lainnya terjadi pada April. Menurut Irene, masih adanya kasus DBD pada anak saat ini disebabkan oleh musim hujan yang belum benar-benar berakhir. Sehingga, memungkinkan genangan air tertinggal yang akhirnya menjadi sarang nyamuk. Oleh karena itu, ia berpesan agar masyarakat selalu menjalankan 3M plus untuk pencegahan DBD. Terpisah, Rumah Sakit Islam UNISMA juga menjadi salah satu faskes tingkat dua yang melayani DBD. Sejak April hingga kemarin, mereka telah menangani 54 kasus. ”Rinciannya, April terdapat 11 pasien anak-anak dan 23 dewasa. Sementara, sampai 10 Mei ini ada 5 pasien anak-anak dan 6 dewasa,” terang Manajer Pelayanan Medik RSI Unisma dr Fifin Pradina Duhitatrissari SpTHT-KL. (and/mel/fat)

MALANG KOTA – Ini mungkin jadi peringatan untuk masyarakat Kota Malang selama musim pancaroba. Sebab, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) selama lima bulan awal tahun ini menunjukkan peningkatan jika dibanding tahun lalu. Naiknya pun cukup drastis, bahkan tercatat tiga anak meninggal dunia.

Sejak Januari hingga Mei tahun ini, setidaknya sudah ada 248 kasus DBD yang menjangkiti masyarakat Kota Malang. Jumlah itu naik ketimbang lima bulan pertama tahun lalu yang hanya mencatatkan 40 kasus. Peningkatan tersebut terjadi karena sejumlah faktor. Salah satunya adalah pola hidup masyarakat, khususnya kelengahan dalam membiarkan potensi sarang jentik nyamuk. ”Itu memang jadi faktor terbanyak, Bahkan pada Januari lalu saja, DBD tembus 127 kasus,” ungkap Kasie Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang dr Bayu Tjahjawibawa.

Dia menambahkan, kasus DBD pada Januari memang merupakan penyumbang terbanyak. Angkanya sangat jauh jika dibandingkan dengan Januari 2021 lalu yang hanya tercatat 12 kasus. Kenaikan yang sangat drastis itu diyakini sebagai imbas tingginya intensitas hujan pada awal tahun ini. Meski demikian, kasus DBD selama beberapa bulan terakhir terus mengalami penurunan. Pada Februari hingga akhir April lalu, rata-rata jumlah pasien DBD di bawah 50 kasus. ”Terendah mulai April lalu yang hanya 30 kasus saja,” jelas Bayu. Sementara itu, jumlah pasien DBD di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang cenderung menurun beberapa bulan terakhir.

Menurut Spesialis Penyakit Dalam dr Didi Candradikusuma SpPD, salah satu penyebabnya adalah meningkatnya kasus Covid-19 varian Omicron, sehingga banyak yang takut pergi ke rumah sakit. ”Menurut SOP-nya, pasien rawat inap harus melakukan tes swab. Namun bisa juga karena jumlah kasus DBD yang memang sedikit,” terang Kepala Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi SMF Ilmu Penyakit Dalam FKUB/RSSA tersebut.

Didi mengungkapkan, sebagai fasilitas kesehatan kelas tiga atau rujukan tertinggi, jarang ada pasien DBD dewasa yang dirawat di RSSA. Kebanyakan mereka dirawat di rumah sakit kelas dua. Ia mengestimasikan, sampai dengan 10 Mei, jumlah kasus DBD pada orang dewasa tidak lebih dari 20 pasien. Staf Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Pediatri SMF Ilmu Kesehatan Anak FKUB/RSSA dr Irene Ratridewi Huwae SpAK mengatakan, dalam empat bulan terakhir terdapat sekitar 30 pasien DBD.

Tiga di antaranya meninggal. Seluruh kasus tersebut merupakan rujukan dari rumah sakit lain yang datang dalam kondisi sudah terminal. ”Dalam catatan saya, hanya empat anak yang tidak memerlukan HCU/PICU. Yang lain memerlukan karena mengalami kondisi-kondisi tertentu. Seperti kebocoran pembuluh darah yang diakibatkan respons imun karena virus dengue, tidak sadar, pendarahan, gagal napas, hingga kejang-kejang,” jelas Irene.

Tiga pasien DBD yang meninggal itu semua berasal dari Malang. Dua kasus terjadi pada Februari, sementara satu kasus lainnya terjadi pada April. Menurut Irene, masih adanya kasus DBD pada anak saat ini disebabkan oleh musim hujan yang belum benar-benar berakhir. Sehingga, memungkinkan genangan air tertinggal yang akhirnya menjadi sarang nyamuk. Oleh karena itu, ia berpesan agar masyarakat selalu menjalankan 3M plus untuk pencegahan DBD. Terpisah, Rumah Sakit Islam UNISMA juga menjadi salah satu faskes tingkat dua yang melayani DBD. Sejak April hingga kemarin, mereka telah menangani 54 kasus. ”Rinciannya, April terdapat 11 pasien anak-anak dan 23 dewasa. Sementara, sampai 10 Mei ini ada 5 pasien anak-anak dan 6 dewasa,” terang Manajer Pelayanan Medik RSI Unisma dr Fifin Pradina Duhitatrissari SpTHT-KL. (and/mel/fat)

Wajib Dibaca

Artikel Terbaru