25.5 C
Jakarta
Wednesday, June 7, 2023

Sempat Vakum, Tradisi Megengan Kembali Digelar

 

Seperti megengan pada umumnya, olahan makanan menjadi salah satu syarat untuk melaksanakan tradisi tersebut. Kali ini kue apem dipilih dan dibawa ke kompleks Makam Kyai Ageng Gribig.

”Kami setidaknya membuat 200 kue apem untuk megengan,” kata Ketua Pokdarwis Kampung Gribig Religi Defi Arif Nurhadiyanto.

Kue apem sengaja dipilih karena memiliki beberapa makna. Salah satunya adalah permohonan maaf jika sebelum Ramadan kerap berbuat salah. Ratusan kue apem yang dibuat itu nantinya akan dibagikan lagi ke warga. Baik kepada pengunjung yang datang ke makam maupun warga setempat.

Untuk pembuatan kue apem, Defi menjelaskan hanya dibuat oleh tiga orang dari anggota pokdarwis.

”Kue apem ini kami buat di langgar Kanjeng Surgi yang baru saja dibangun tujuh bulan lalu. Kebetulan malamnya juga ada kegiatan mengaji bersama,” imbuhnya.

Selain membuat kue apem, ada sejumlah tradisi lain yang biasa dilakukan warga setempat. Misalnya saja membersihkan makam secara bersama-sama pada awal Maret lalu. Kemudian, nyekar, tawasul, tahlil hingga doa bersama.

Salah satu anggota pokdarwis yang membuat kue apem Halimah mengatakan, biasanya dia hanya membuat kue apem untuk dibagikan ke tetangga sekitar. Dia tidak kesulitan membuat kue apem karena sudah terbiasa.

”Bahannya juga tidak ribet. Ada tepung beras, tape, gula, dan telur,” tandas Halimah. (mel/adn)

 

Seperti megengan pada umumnya, olahan makanan menjadi salah satu syarat untuk melaksanakan tradisi tersebut. Kali ini kue apem dipilih dan dibawa ke kompleks Makam Kyai Ageng Gribig.

”Kami setidaknya membuat 200 kue apem untuk megengan,” kata Ketua Pokdarwis Kampung Gribig Religi Defi Arif Nurhadiyanto.

Kue apem sengaja dipilih karena memiliki beberapa makna. Salah satunya adalah permohonan maaf jika sebelum Ramadan kerap berbuat salah. Ratusan kue apem yang dibuat itu nantinya akan dibagikan lagi ke warga. Baik kepada pengunjung yang datang ke makam maupun warga setempat.

Untuk pembuatan kue apem, Defi menjelaskan hanya dibuat oleh tiga orang dari anggota pokdarwis.

”Kue apem ini kami buat di langgar Kanjeng Surgi yang baru saja dibangun tujuh bulan lalu. Kebetulan malamnya juga ada kegiatan mengaji bersama,” imbuhnya.

Selain membuat kue apem, ada sejumlah tradisi lain yang biasa dilakukan warga setempat. Misalnya saja membersihkan makam secara bersama-sama pada awal Maret lalu. Kemudian, nyekar, tawasul, tahlil hingga doa bersama.

Salah satu anggota pokdarwis yang membuat kue apem Halimah mengatakan, biasanya dia hanya membuat kue apem untuk dibagikan ke tetangga sekitar. Dia tidak kesulitan membuat kue apem karena sudah terbiasa.

”Bahannya juga tidak ribet. Ada tepung beras, tape, gula, dan telur,” tandas Halimah. (mel/adn)

Wajib Dibaca

Artikel Terbaru