MALANG KOTA-Terkait dengan video kasus pemerkosaan dan penganiayaan yang menimpa Mentik (nama rekaan), 13, bocah putri penghuni salah satu panti asuhan di Kecamatan Blimbing Kamis sore (18/11/21), seolah mengulang kejadian lima bulan lalu. Kala itu dia juga mengalami kasus pencabulan. Pelakunya diyakini orang di sekitar panti asuhan tempat Mentik tinggal. Sayang, kasus itu tidak dibawa ke ranah hukum dan mengakibatkan Mentik semakin tertutup.
Kisah pilu itu diungkapkan kuasa hukum Mentik, Leo A. Permana, kepada Jawa Pos Radar Malang tadi malam (22/11). Dia mengaku mendapatkan cerita itu justru dari ketua RW kampung tempat panti asuhan Mentik tinggal. Bukan dari keluarga atau bahkan teman-teman terdekat Mentik. ”Menurut Pak RW, lokasi pencabulan lima bulan lalu itu di Jalan Teluk Grajakan,” kata Leo.
Yang disesalkan Leo, kasus itu malah diselesaikan secara kekeluargaan antara pelaku dengan pihak yang mengaku bertanggung jawab untuk merawat Mentik. Mediasi bahkan dilakukan di sebuah kantor pemerintahan. Dengan terulangnya kasus pencabulan itu, Leo berencana membuat laporan baru untuk kasus yang terjadi bulan lalu itu. ”Masih kami usahakan dengan mengomunikasikan lebih dulu kepada ibu korban, ” ujarnya.
Terkait sosok korban, Leo menjelaskan bahwa bocah korban pencabulan yang dia dampingi sebenarnya tergolong siswi berotak cemerlang. Di sekolah, nilai-nilainya selalu bagus. Rajin, bahkan selalu mendapatkan peringkat. Catatan itu diketahui Leo saat dia dan timnya menyambangi sekolah tempat Mentik belajar.
Kalau saat ini bocah tersebut menjadi pendiam, Leo curiga itu terjadi sebagai bentuk trauma. Bersikap tertutup karena takut dan malu atas perlakuan kasar serta pencabulan yang dia alami. Leo bahkan menduga terjadi pembiaran atas apa yang dialami Mentik. Itu dibuktikan saat bocah 13 tahun itu dikirim kembali oleh pelaku pencabulan dan penganiayaan, pihak yang bertanggung jawab merawatnya tidak langsung tanggap. ”Tidak langsung bertanya dan mencari tahu apa yang sedang terjadi. Padahal jelas sekali ada lukanya,” terang Leo.
Sementara itu, perilaku sehari-hari Mentik juga diceritakan oleh Muhammad Muniri, salah seorang pengurus panti asuhan tempat Mentik tinggal. Menurutnya, Mentik sebenarnya merupakan anak yang punya teman. Tidak aneh-aneh, rajin, dan baik. ”Sudah sekitar lima tahun tinggal di sini. Tapi dia memang tergolong introvert,” ujarnya.
Meski tinggal di dalam panti asuhan, Mentik juga tetap bergaul dengan orang luar. Itu dilakukan di luar jam pembatasan aktivitas. Menurut Muniri, pihak panti asuhan memang memberikan keleluasaan anak-anak asuhnya di luar jam sekolah. Namun tidak semua memiliki waktu atau jam bebas yang sama. Ada yang mulai pukul 12.00 hingga 15.00. Setelah itu mereka harus kembali ke dalam panti.
Muniri mengaku melihat ada perubahan sikap dari korban selama sebulan terakhir. Dia justru menduga itu terjadi karena diperbolehkannya handphone masuk ke dalam panti. ”Iya, ada perubahannya menjadi introvert itu,” kata dia. (biy/fat)