MALANG KOTA – Pemerintah Kota (Pemkot) Malang mengumumkan dua zona merah atau larangan bagi penjual takjil. Kedua titik tersebut adalah kawasan Kajoetangan Heritage dan Jalan Merdeka Timur (Alun-Alun Kota Malang). Alasannya, keberadaan pasar takjil dikhawatirkan bakal menghambat arus lalu lintas.
Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Kota Malang Widjaja Saleh Putra mengatakan, biasanya penjual takjil mulai menjamur selama Ramadan. Karena itu, pihaknya menetapkan kawasan terlarang di jalur tertentu, khususnya di kawasan tertib lalu lintas.
“Tidak diperbolehkan (jual takjil di dua titik tersebut). Apalagi Ramadan sampai sebulan, ya jangan. Itu mengganggu arus lalu lintas, apalagi (Kajoetangan) itu merupakan kawasan tertib lalu lintas,” ujar Jaya kemarin.
Jaya mengaku telah menerima pengajuan penggunaan kawasan Jalan Merdeka Timur untuk dijadikan lokasi pasar takjil selama bulan Ramadan. Pejabat eselon II B Pemkot Malang itu pun menegaskan bahwa lokasi tersebut juga tak diperbolehkan menjadi pasar takjil. “Pak wali (Wali Kota Malang Sutiaji) juga sudah mengatakan ”jangan”. Nanti bisa merusak image kawasan tertib lalu lintas,” tegasnya.
Terpisah, Kepala Dinas Koperasi, Industri dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang Eko Sri Yuliadi mengatakan, pihaknya juga tak mengeluarkan rekomendasi pasar takjil di badan atau pinggir jalan. “Yang jelas, kami tidak merekomendasikan di pinggir jalan atau badan jalan. Tidak ada rekomendasi jualan takjil di sana,” terang Eko.
Untuk memastikan agar tidak ada yang melanggar, pihaknya berencana melakukan pemantauan langsung. Lokasi yang bakal dipantau, yakni kawasan Soekarno-Hatta (Suhat) dan Sulfat yang menjadi langganan pasar takjil selama bulan Ramadan.
“Kami akan koordinasi untuk pantauan ketertiban dari lintas instansi. Mulai TNI/Polri, satpol PP, dishub dan diskopindag. Harapan kami, jangan sampai mengganggu lalu lintas dan jangan di badan jalan,” bebernya.
Eko mengatakan, diskopindag sudah memiliki rencana untuk memfasilitasi lokasi pasar takjil di Kota Malang. Namun dirasa hal itu tak mudah, mengingat banyaknya pedagang di setiap wilayah, sehingga bisa saja tidak semua terakomodasi. ” Kami upayakan cari tempat dulu. Pedagang ini kan banyak ya. Kami lokalisir dulu lah,” tandasnya. (adk/dan)