MALANG KOTA – Pandemi Covid-19 diperkirakan bakal memengaruhi peningkatan angka kemiskinan di Kota Malang jelang akhir tahun. Kondisi tersebut dikhawatirkan ikut berdampak pada kenaikan angka bayi stunting. Meski begitu, berbagai upaya dilakukan Pemkot Malang agar angka kemiskinan maupun bayi stunting bisa ditekan.
Dari catatan Jawa Pos Radar Malang, pada tahun 2019 lalu, angka kemiskinan di Kota Malang mencapai 4,07 persen. Sementara tahun 2020 naik menjadi 4,44 persen dari jumlah total penduduk. Kondisi ini diprediksi juga berdampak negatif pada angka bayi stunting.
Wali Kota Malang Sutiaji mengatakan kondisi angka pertumbuhan ekonomi di Kota Malang diperkirakan akan terkontraksi. Situasi tersebut juga berpengaruh pada angka kemiskinan yang bisa saja bertambah di akhir tahun ini. “Maka indikasinya stunting-nya juga bisa naik angkanya, itu ditengarai secara nasional,” katanya.
Meski demikian, dari tahun ke tahun, angka stunting di Kota Malang mengalami penurunan. Pada 2021 ini, di Kota Malang terdapat 9,9 persen atau sekitar 1.600 balita mengalami stunting. Jumlah tersebut sudah berkurang jauh dibandingkan pada tahun 2020 yang mencapai 14,53 persen.
Namun pihaknya tetap mewaspadai kondisi yang ada. Salah satunya dengan meningkatkan kemandirian masyarakat untuk gemar mengonsumsi makanan olahan ikan. “Ikan yang dimaksud bukan tahu, tempe tapi benar-benar ikan. Karena berbagai penelitian membuktikan bahwa ikan memiliki kualitas yang luar biasa untuk menyehatkan anak-anak dengan kaya protein,” katanya. Sehingga diharapkan, salah satu upaya tersebut untuk mendukung Kota Malang menuju zero stunting.
Di sisi lain, untuk konsumsi ikan oleh warga Kota Malang masih belum signifikan. Plt. Kepala Dinas Ketahanan dan Pertanian Kota Malang Sri Winarni mengatakan, data konsumsi ikan di Kota Malang masih berada di angka 36,14. Angka tersebut masih berada di bawah angka rata-rata Jawa Timur yang sudah mencapai 41,44.
“Hal ini menjadi tantangan kami untuk mendorong masyarakat dapat gemar mengonsumsi ikan segar dengan olahan makanan,” katanya.
Dari catatan Dinas Ketahanan dan Pertanian Kota Malang, selama tahun 2020 lalu di Kota Malang dapat memproduksi sebanyak 130 ton ikan hasil budi daya. Setiap tahun, pihaknya juga terus menggelar pelatihan dan memberikan bantuan kepada pelaku budi daya ikan tawar konsumsi. Seperti yang sudah dilakukan yakni, bantuan kolam terpal dan kebutuhan sarana produksi lainnya.
Sementara itu, upaya lain yang dilakukan Pemkot Malang untuk menekan angka stunting seperti melalui kerja sama lintas sektor. Yakni dengan Kementerian Agama (Kemenag) Kota Malang dengan memantau kesehatan reproduksi (Kespro) hingga bimbingan bagi calon pengantin. Sehingga, dari kegiatan itu diharapkan pasangan pengantin dinyatakan sehat dan pemantauan dilakukan ketika hamil sampai bayi lahir.
Selain itu, Pemkot Malang terus berupaya mempertahankan predikat Kota Sehat ‘Swasti Saba Wistara’ pada 2022 mendatang. Terlebih, beberapa tahun terakhir ini predikat tersebut sudah diraih. Swasti Saba Wistara merupakan predikat tertinggi untuk sebuah Kota Sehat menurut Kementerian Kesehatan dan Kementerian Dalam Negeri.
Ada beberapa wilayah yang dijadikan lokus dalam verifikasi Kota Sehat pada 2022 mendatang sebagai Tatanan Sehat Mandiri. Salah satunya, Taman Posyandu Delima di RW 03 Kelurahan Madyopuro dengan beragam kegiatan inovasi pemberdayaan masyarakat. Seperti adanya Posyandu Remaja dan produk-produk olahan alami seperti minuman kembang telang, bubuk kopi garing dan sebagainya. (nug/nay)