26.2 C
Malang
Thursday, 23 March 2023

Viral! Santri Tutup Telinga Saat Dengar Musik Barat

RADAR MALANG – Media sosial baru saja dihebohkan dengan aksi santri salah satu ma’had tahfidz yang tidak diketahui namanya. Pasalnya, mereka kompak menutup telinga saat menunggu antrean vaksin lantaran mendengar suara musik.

Melansir Twitter @narkosun01, Selasa (14/9), memperlihatkan video sekumpulan santri yang tengah menunggu antrean vaksin di sebuah ruangan. Tak hanya diam, para santri terlihat menunduk sembari menutup telinga mereka akibat musik barat yang tersetel di ruangan tersebut. Diketahui, musik yang tengah diputar adalah comethru yang dinyanyikan Jeremy Zucker.

Terdengar pula suara yang diduga guru mereka mendukung aksi yang dilakukan oleh santrinya.

“Masyaallah, santri kami sedang antre untuk vaksin. Qodarullah di tempat vaksin ini ada suara musik. Kita lihat santri-santri ini menutup kupingnya agar mereka tidak mendengar suara musik ini,” ucap guru yang juga perekam video.

Sontak video yang dilihat lebih dari 200 ribu orang itu memancing komentar pro dan kontra dari netizen.

“Musik bikin earwoem untuk penghafal Quran sehingga bikin mereka lupa ayat-ayat yang sudah mereka hafalkan. Lagi pula tindakan mereka baik. Kata-kata Anda yang jahat,” salah satu komen pemilik akun @po-a*** yang mendukung aksi santri tersebut.

Tak sedikit pula yang mempermasalahkan aksi sekumpulan santri yang diperkirakan berusia remaja tersebut.

“Kasian banget, anak-anak umur segitu udah didoktrin mendengarkan musik itu haram. Gak menikmati masa-masa remaja dengar lagu-lagu favorit,” ketik netizen @scol** yang mendebat aksi tersebut.

Wakil Sekjen MUI, M Ziyad mengomentari soal video santri yang diviralkan dengan narasi menutup telinga saat mendengarkan musik di area vaksinasi. Menurutnya, hal itu perlu diperjelas peristiwanya, dan dia menduga hal itu bukan soal paham radikal melarang musik.

“Di dalam berita itu, tidak dijelaskan di mana posisi santri itu. Ini perlu juga di-clear-kan,” ujar Ziyad.

Meski belum mengetahui jelas perkara sesungguhnya, Ziyad mengaku bahwa dia adalah pengajar dari Tahfiz Alquran, atau penghafal alquran. Menurutnya, para santri dijaga hafalannya agar tidak terpengaruh oleh hal-hal lain.

“Anak santri ini memang dijaga betul hafalan alqurannya termasuk jangan sampai mendengarkan hal-hal yang dapat mengganggu konsentrasi hafalan-nya. Itu salah satunya itu adalah musik. Suara-suara, nggak hanya musik saja gitu,” ujarnya.

Menurut Ziyad, penghafal alquran memang perlu menjaga hafalannya. Mereka memiliki masalah jika mendengarkan musik, dan musik itu yang akhirnya menempel dalam ingatan.

“Mohon maaf kalau mau jauh, Imam Syafi’i, kalau pergi ke masjid, telinga disumpal dengan kapas. Apa tujuannya, dia tidak ingin dengar apapun selama perjalanan dari rumah ke masjid. Saking cerdas beliau, hanya mendengar itu beliau hafal di pikiran dia. Takut tercampur dengan hafalan hadis, fikih dll. Kita harus proporsional, jernih melihat itu,” katanya.

Ziyad malah memberikan perhatian pada panitia vaksinasi. Apakah mereka tahu bahwa yang akan divaksin adalah penghafal alquran.

“Maka justru seharusnya saya bertanya, apakah panitia pelaksana vaksinasi lihat siapa pesertanya. Harusnya menghormati, kalau peserta para santri, penghafal Alquran, maka musik harus dimatikan kalau kita hormati itu. Sebab ada ada santri yang terganggu hafalan-nya makanya santri kemudian menutup telinga,” katanya.

Penulis : Nabila Sofie H.

RADAR MALANG – Media sosial baru saja dihebohkan dengan aksi santri salah satu ma’had tahfidz yang tidak diketahui namanya. Pasalnya, mereka kompak menutup telinga saat menunggu antrean vaksin lantaran mendengar suara musik.

Melansir Twitter @narkosun01, Selasa (14/9), memperlihatkan video sekumpulan santri yang tengah menunggu antrean vaksin di sebuah ruangan. Tak hanya diam, para santri terlihat menunduk sembari menutup telinga mereka akibat musik barat yang tersetel di ruangan tersebut. Diketahui, musik yang tengah diputar adalah comethru yang dinyanyikan Jeremy Zucker.

Terdengar pula suara yang diduga guru mereka mendukung aksi yang dilakukan oleh santrinya.

“Masyaallah, santri kami sedang antre untuk vaksin. Qodarullah di tempat vaksin ini ada suara musik. Kita lihat santri-santri ini menutup kupingnya agar mereka tidak mendengar suara musik ini,” ucap guru yang juga perekam video.

Sontak video yang dilihat lebih dari 200 ribu orang itu memancing komentar pro dan kontra dari netizen.

“Musik bikin earwoem untuk penghafal Quran sehingga bikin mereka lupa ayat-ayat yang sudah mereka hafalkan. Lagi pula tindakan mereka baik. Kata-kata Anda yang jahat,” salah satu komen pemilik akun @po-a*** yang mendukung aksi santri tersebut.

Tak sedikit pula yang mempermasalahkan aksi sekumpulan santri yang diperkirakan berusia remaja tersebut.

“Kasian banget, anak-anak umur segitu udah didoktrin mendengarkan musik itu haram. Gak menikmati masa-masa remaja dengar lagu-lagu favorit,” ketik netizen @scol** yang mendebat aksi tersebut.

Wakil Sekjen MUI, M Ziyad mengomentari soal video santri yang diviralkan dengan narasi menutup telinga saat mendengarkan musik di area vaksinasi. Menurutnya, hal itu perlu diperjelas peristiwanya, dan dia menduga hal itu bukan soal paham radikal melarang musik.

“Di dalam berita itu, tidak dijelaskan di mana posisi santri itu. Ini perlu juga di-clear-kan,” ujar Ziyad.

Meski belum mengetahui jelas perkara sesungguhnya, Ziyad mengaku bahwa dia adalah pengajar dari Tahfiz Alquran, atau penghafal alquran. Menurutnya, para santri dijaga hafalannya agar tidak terpengaruh oleh hal-hal lain.

“Anak santri ini memang dijaga betul hafalan alqurannya termasuk jangan sampai mendengarkan hal-hal yang dapat mengganggu konsentrasi hafalan-nya. Itu salah satunya itu adalah musik. Suara-suara, nggak hanya musik saja gitu,” ujarnya.

Menurut Ziyad, penghafal alquran memang perlu menjaga hafalannya. Mereka memiliki masalah jika mendengarkan musik, dan musik itu yang akhirnya menempel dalam ingatan.

“Mohon maaf kalau mau jauh, Imam Syafi’i, kalau pergi ke masjid, telinga disumpal dengan kapas. Apa tujuannya, dia tidak ingin dengar apapun selama perjalanan dari rumah ke masjid. Saking cerdas beliau, hanya mendengar itu beliau hafal di pikiran dia. Takut tercampur dengan hafalan hadis, fikih dll. Kita harus proporsional, jernih melihat itu,” katanya.

Ziyad malah memberikan perhatian pada panitia vaksinasi. Apakah mereka tahu bahwa yang akan divaksin adalah penghafal alquran.

“Maka justru seharusnya saya bertanya, apakah panitia pelaksana vaksinasi lihat siapa pesertanya. Harusnya menghormati, kalau peserta para santri, penghafal Alquran, maka musik harus dimatikan kalau kita hormati itu. Sebab ada ada santri yang terganggu hafalan-nya makanya santri kemudian menutup telinga,” katanya.

Penulis : Nabila Sofie H.

Wajib Dibaca

Artikel Terbaru