MALANG KOTA – Jelang pertandingan BRI Liga 1 seri 2, Arema FC dihantui bayang-bayang rekor minor. Karena Arema FC bakal bertanding di Stadion Manahan Solo dan Stadion Maguwoharjo, Sleman. Di dua venue itu, dalam beberapa tahun terakhir memang tidak bersahabat dengan Arema FC. Tim Singo Edan acap kali kesulitan saat tampil di sana.
Contohnya adalah ketika Piala Menpora beberapa bulan lalu. Bermain di Stadion Manahan Solo, Dendi Santoso dan kawan-kawan tidak sekalipun merasakan kemenangan. Dari tiga laga yang dijalani mereka dua kali kalah dan sekali merasakan hasil imbang. Catatan yang akhirnya membuat mereka duduk di dasar klasemen grup A Piala Menpora. Selain itu, juga membuat Arema FC untuk kali pertama tidak lolos fase grup di sebuah turnamen sejak 2015 lalu.
Terakhir kali mereka mendapat hasil manis di markas Persis Solo tersebut adalah 4 tahun yang lalu. Ketika itu mereka menjuarai Trofeo Bhayangkara Cup 2017. Setali tiga uang dengan Stadion Manahan Solo, Stadion Maguwoharjo di Sleman juga kerap tidak bersahabat dengan mereka. Terakhir kali tim Singo Edan tampil di sana adalah pada Liga 1 2019. Saat itu, tim harus kalah dari tuan rumah PSS Sleman dengan skor 1-3.
Meski begitu, tidak semua stadion yang digunakan di seri 2 mendatang punya catatan buruk untuk tim Singo Edan. Stadion Sultan Agung Bantul misalnya, menjadi salah satu venue yang punya kisah manis untuk Arema.
Terakhir tampil di sana tim Singo Edan sukses menang. Saat itu pada kompetisi 2018, mereka sukses menga- lahkan Tira-Persikabo. Dendi Santoso cs, menang dengan skor 1-0 atas tim berjuluk Laskar Padjajaran tersebut. Di tengah bayang-bayang tersebut, Arema FC bersiap menjalani laga yang tidak mudah. Misalnya di Stadion Manahan Solo, Carlos Fortes akan menjalani laga big match melawan Persija Jakarta (17/10) dan Persebaya Surabaya (6/11).
Sedangkan, di Stadion Maguwoharjo mereka akan melawan kuda hitam Persiraja Banda Aceh (23/10). Mengenai catatan rekor tidak impresif Arema FCsaat tampil di Solo dan Sleman, pelatih Eduardo Almeida mengaku hal tersebut tidak bisa menjadi patokan. Bagi pria asal Portugal tersebut, kondisi saat ini dengan sebelumnya tidak bisa disamakan. Karenanya, dia tidak akan menutup mata akan hal tersebut.
”Kami tidak memikirkan hal tersebut, dan juga tidak peduli dengan torehan sebelumnya,” jelas pelatih lisensi UEFA Pro itu.
Lebih lanjut, Eduardo mewanti-wanti untuk pemain melupakan pertandingan sebelumnya di stadion-stadion tersebut. Tim harus percaya kalau musim ini bisa mendapatkan hasil maksimal di venue tersebut. ”Kami harus fokus dengan apa yang di depan,” jelas eks pelatih Semen Padang itu.
Terpisah, mengenai mitos Stadion Manahan Solo, para pemain Arema FC tidak menampik kalau pernah mengalaminya. Di mana, sulit menang saat tampil di tempat tersebut. Namun, mereka enggan menyerah dengan hal-hal model tersebut. ”Sebagai pemain terpenting adalah kerja keras dulu. Tidak mungkin kalau sudah usaha, terus-terusan mendapatkan hasil kurang baik,” jelas Dendi Santoso. (gp/abm/rmc)