BALI – Kompetisi BRI Liga 1 musim ini memang belum usai. Namun gambaran jalannya kompetisi di musim depan mulai terlihat. Salah satunya yakni format kompetisi, yang kabarnya bakal kembali seperti sebelumnya. Yakni menerapkan sistem kandang dan tandang. Alhasil, setiap tim bisa tampil markasnya masing-masing.
Terkait rencana tersebut, elemen tim Arema FC mengaku sangat mendukung. Sebab, jalannya kompetisi bakal memberikan sejumlah efek positif. Salah satunya perihal kesehatan pemain. ”Sistem bubble to bubble menurut saya lebih rawan timbulnya kluster (Covid-19),” jelas Dokter Tim Arema FC Nanang Tri Wahyudi.
Sebab dengan pemain yang berada di satu tempat dalam waktu yang lama, maka potensi penularan di internal tim bakal lebih tinggi. ”Berbulan-bulan tinggal dalam satu hotel juga sangat rawan outbreak penyakit,” imbuh eks Dokter Tim Persija Jakarta dan Timnas tersebut. Selain hal tersebut, poin positif dari sistem tandang dan kandang yakni menjaga psikologi pemain.
Sebab para pemain bisa lebih sering bertemu keluarga. ”Sistem saat ini membuat potensi kejenuhan para pemain cukup tinggi,” tuturnya. Apalagi, lanjutnya, kompetisi berjalan dengan jadwal yang cukup padat. Di mana tim bisa bermain 3 sampai 4 kali dalam satu bulan. Padahal, idealnya adalah para pemain tampil satu minggu sekali. ”Itu akan baik untuk recovery pemain juga,” jelas pria asal Magetan itu.
Terpisah, mengenai rencana sistem kompetisi kandang dan tandang itu, PT Liga Indonesia Baru (LIB) mengaku akan melihat kondisi terlebih dahulu. ”Memang keinginan kami formatnya seperti itu (home and away, red). Tapi, kami akan melihat masih pandemi atau tidak,” kata Direktur Utama PT LIB Akhmad Hadian Lukita. Jika tidak memungkinkan, maka sistem bubble to bubble bakal jadi pilihan lagi. (gp/by)