KEADAAN dunia yang kembali menurun karena adanya pandemi COVID-19 membuat kehidupan menjadi lebih krisis dari sebelumnya. Bagi para pemimpin, tidak dapat dipungkiri menjadi tahun yang sulit untuk mengelola atau mengarahkan serta menebak.
Tetapi, pernah ada pepatah lama “There always Sunshine behind The Rain”. Semua tantangan, kesulitan yang menempa khususnya kepada semua pemimpin diharapkan menjadi lebih tangguh dan beradaptasi dengan keadaan yang tidak terduga sehingga siap dengan segala solusinya dalam pengambilan keputusan untuk menerapkan nilai-nilai baru agar tetap survive di tahun pandemi.
Sebuah organisasi atau perusahaan memerlukan adanya suatu pemimpin yang mampu memberi kehidupan yang layak kepada para individu di dalam suatu masyarakat. Melalui krisis ini, diperlukan adanya suatu pemimpin yang mampu untuk menjadi pimpinan yang baik dalam mengendalikan situasi yang terjadi. Seorang pemimpin dikatakan harus memiliki kemampuan dalam menetapkan suatu keputusan yang tepat dalam hidup.
Seorang pemimpin juga harus mampu membantu organisasi maupun perusahaan dalam memberi suatu kecukupan dan kesejahteraan dalam hidup. Seorang pemimpin juga dikatakan harus memiliki ketegasan yang tepat sehingga pada saat krisis terjadi, pemangku kepentingan di perusahaan dapat langsung sigap untuk memberi solusi yang cepat.
Dalam hal ini, diperlukan adanya suatu pemikiran dan perilaku yang dapat diterapkan secara mendadak dan bukan sesuatu yang telah direncanakan (D’auria & Smet, 2020). Salah satunya adalah pada keadaan dunia pada tahun 2019 dimana COVID-19 muncul dan pemerintah pun seperti yang diketahui langsung menetapkan protokol kesehatan yang harus diikuti oleh para penduduk sehingga tidak terkena virus COVID-19. Orang yang tangguh mampu untuk mengambil keputusan dengan cepat untuk mencegah adanya perluasan terkait permasalahan yang dihadapi.
Resilience (ketahanan/ketangguhan) adalah salah satu dari sifat dan karakteristik serta keterampilan dari seorang pemimpin yang saat ini dibutuhkan. Karena Perusahaan atau Organisasi harus bergerak cepat sambil berkembang dan diharapkan tetap berprestasi di tengah kondisi yang tidak menentu dan tidak dapat diprediksi.
Apa saja yang dilakukan pemimpin yang tangguh?
1. Mengakui Emosi, menerima tanggung jawab, memiliki niat yang positif
Seorang pemimpin yang tangguh memerlukan adanya sebuah penerimaan akan tanggung jawab yang dimiliki dan berusaha semaksimal mungkin untuk memberi suatu emosi yang positif sehingga dapat memberikan dampak kepada situasi.
Seorang yang tangguh perlu memiliki sifat tanggung jawab dalam pekerjaan yang dilaksanakan. Suatu niat yang diterapkan dalam diri seorang individu harus memiliki suatu nilai yang positif karena akan berpengaruh pada proses pelaksanaan suatu kegiatan, terutama dalam menjadi seorang pemimpin yang tangguh.
2. Menguasai Emosi yang Dimiliki
Perasaan yang dimiliki oleh seorang individu sangatlah penting ketika berhadapan dengan kenyataan hidup. Selain itu, seorang pemimpin juga harus memiliki suatu kebiasaan yaitu mengendalikan perasaan yang dimiliki. Tidak diperbolehkan adanya perasaan yang dicampurkan dalam suatu kondisi pekerjaan, terutama dalam mengendalikan perusahaan. Seorang pemimpin wajib membuktikan bahwa dirinya serius dalam menjadi seorang pemimpin.
3. Mengendalikan Makna Situasi Secara Fokus
Seorang pemimpin yang tangguh harus dapat memberi sebuah makna melalui stimuli yang diberikan yang akan merubah sikap dari target audience. Dalam hal ini, diperlukan adanya sebuah fokus yang sangat tinggi. Contohnya, melalui adanya pandemi COVID-19 ini, para individu harus dapat melihat suatu makna dari situasi yang terjadi dan tetap terfokus pada kehidupan yang sedang dijalankan saat ini.
4. Membentuk Keyakinan
Orang yang tangguh juga mampu untuk memberikan diri mereka suatu keyakinan Sebuah keyakinan mengenai dunia saat ini sangatlah penting untuk diterapkan dalam diri. Ketika manusia meyakini bahwa COVID-19 akan terus ada maka tentunya virus tersebut tidak akan pernah pergi. Keyakinan sangatlah penting bagi mereka yang tangguh.
5. Memahami Kekuasaan akan Bertanya
Seorang yang tangguh juga tidak takut untuk bertanya untuk mendapatkan jawaban. Hal ini sama seperti para individu yang berani untuk bertanya mengenai perihal tentang vaksinasi. Bertanya tidak memberikan sebuah kesalahan, malah akan menambahkan sebuah pengetahuan. Bertanya memiliki kekuasaan yang sangat besar dalam mengubah kondisi disekitar lingkungan, contohnya pada saat seorang individu merasa ragu dengan strategi yang ingin diterapkan, maka ia akan menanyakan keraguan tersebut agar tidak salah dalam mengambil keputusan.
6. Mengelola Self-talk dan Batin
Seorang yang tangguh mampu mengendalikan diri untuk berbicara pada waktu yang diperlukan dan kesehatan akan batin yang dimiliki. Pasalnya, seorang individu memerlukan adanya ketenangan batin sehingga dapat menjadi seorang yang kuat dalam menghadapi kondisi krisis dari COVID-19.
7. Menggunakan Masa Depan untuk Mengendalikan Loop
Seorang yang tangguh akan berusaha untuk membentuk strategi dimana melibatkan adanya sebuah pandangan mengenai masa depan. Strategi dibuat untuk menangani permasalahan dimasa depan sehingga diperlukan adanya pemikiran bahkan hingga kepada beberapa tahun kemudian bagi mereka yang tangguh. Melalui adanya pembentukan strategi ini maka akan membantu menyelesaikan adanya suatu loop di dalam sebuah lingkungan, contohnya pemerintah yang menerapkan protokol 3M dan PPKM untuk membantu mengurangi penyebaran virus COVID-19.
Ketujuh kebiasaan tersebut menjadi hal yang paling penting bagi seorang yang tangguh dan mampu untuk bertahan melawan permasalahan dunia. Hal ini terlihat melalui pandangan dari Karia (2016).
Strategi untuk Pikiran dan Tubuh
COVID-19 saat ini sudah menjadi sejarah penyakit yang mana sampai saat ini masih menjadi sebuah permasalahan yang belum tuntas. Sebagaimana yang diketahui, munculnya COVID-19 telah membuat perekonomian masyarakat menjadi sangat parah. Diketahui bahwa seiring dengan ekonomi yang berkembang, pada tahun 2020, ekonomi menjadi menurun pada beberapa negara (Sinn, 2020).
Penurunan yang terjadi memang tidak terlalu parah dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, perekonomian yang menurun membuat hidup manusia menjadi tidak stabil, terlebih biaya hidup yang menjadi meningkat. Selain itu, suatu pertahanan dari negara semenjak munculnya COVID-19 sudah dapat terlihat bahwa diperlukan adanya suatu penanganan yang lebih baik daripada sebelumnya (Galloway, 2020).
Melalui kendala yang saat ini kita alami, tentunya dapat terlihat bahwa negara tidak semakin membaik seiring waktu. Melalui hal ini, maka dibutuhkan adanya suatu pengembangan pada sistem kepemimpinan yang dimiliki. Namun, adanya COVID-19 ini membuat suatu peluang bagi digitalisasi untuk terus berkembang dan menjadi prioritas dalam setiap kehidupan manusia.
Di balik kekacauan yang terjadi, terdapat sebuah peluang yang sangat bermanfaat besar bagi para individu untuk menumbuhkan teknologi menjadi lebih berkembang dibandingkan sebelumnya. Namun, walaupun krisis tersebut diberikan, tetapi terdapat suatu peluang yang sangat besar yaitu penggunaan digitalisasi yang semakin meningkat dalam kehidupan dimana para individu tetap menggunakan teknologi pada saat bekerja dan beraktivitas.
Adanya krisis dunia memberikan kendala yang cukup besar dalam keadaan mental setiap manusia. Pasalnya, kesehatan mental para individu dapat rusak ketika ia mulai merasakan jenuh dan tidak dapat berineraksi dengan orang lain.
Sebuah interaksi yang dilakukan dengan orang lain akan mampu membuat otak menjadi lebih dapat bekerja dengan baik. Sebagaimana yang diketahui, manusia memiliki otak yang terus menerus digunakan untuk berpikir. Bahkan ketika sedang melamun pun, manusia akan melakukan sebuah pemikiran. Suatu pikiran ini terjadi karena manusia mengkhawatirkan masa depan yang dimiliki, terutama dalam kondisi COVID-19 yang sangat buruk. Para manusia tentunya akan memikirkan ekonomi mereka untuk keberlangsungan hidup.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat terlihat bahwa seorang yang tangguh dalam melakukan suatu strategi perlu melibatkan adanya sebuah gabungan antara kekuatan mental untuk membuat tubuh kuat, kekuatan pikiran agar tetap dapat berpikir terbuka dan meluas dan sebuah rencana yang direncanakan dengan pandangan masa depan. Tubuh yang kuat, pikiran yang tabah, dan rencana yang strategis merupakan perpaduan yang mampu menguatkan resilience (Edgley, 2020).
Tubuh dan pikiran memiliki koneksi yang cukup kuat. Sebagaimana yang diketahui, ketika manusia sakit, pikiran akan ikut melemah secara perlahan dan membutuhkan adanya sebuah istirahat sehingga dapat memberikan suatu penambahan energi dan pikiran yang lebih kuat. Kekuatan pikiran membantu adanya sebuah pembentukan strategi yang lebih baik. Hal inilah yang dapat memberikan suatu nilai ketangguhan pada seorang individu.
Pada saat sekarang ini, kita tahu bahwa kondisi ekonomi sedang tidak baik, sehingga para individu perlu adanya sebuah pemikiran strategi untuk dapat membuat ekonomi menjadi lebih baik agar dapat menjalankan kehidupan yang lebih baik. Adanya virus COVID-19 memberikan kekhawatiran pada kesehatan manusia sehingga para individu perlu menjadi seorang pribadi yang lebih tangguh dalam menjalankan kehidupan sehingga mampu menjadi seorang yang berhasil melewati segala macam krisis yang dimiliki. Perlahan, yang akan bertahan dalam kondisi krisis ini adalah mereka yang mampu memiliki ketangguhan dalam hati dan membentuk suatu strategi yang berguna dalam hidup.
Penulis:
Tanti Widia N
Direktur Smart Indonesia Academy (SIA)
Konsultasi Manajemen