25.5 C
Jakarta
Wednesday, June 7, 2023

Perempuan dan Objektivikasi

HARI Perempuan Internasional jatuh pa­da Rabu (8/3). P­e­ringatan itu seolah menggelitik benak kita mengapa pembahasan tentang perempuan tak ada habisnya.

Sam­pai-sampai ada ha­ri khusus untuk mem­peringatinya. Tentu ini tak berlebihan, mengingat kedudukan perempuan penting dalam sejarah peradaban manusia di dunia ini.

Namun dalam waktu yang bersamaan, pe­rempuan juga menduduki posisi yang rawan. Sebab, ideologi patriarki kerap me­menjara perempuan yang dianggap tak lebih dari benda mati.

Fenomena itu kemudian po­puler dengan istilah ob­jektivikasi. Medianya pun be­ragam. Salah satunya dalam sebuah karya lagu.

Belakangan ini, jargon ”infone maseh” akrab di te­linga kita semua. Jargon itu semakin familiar sejak men­jadi sebuah judul lagu yang diciptakan oleh Is­kandar Hanafi. Beberapa wak­tu terakhir, lagu tersebut semakin banyak diputar dan viral di berbagai media sosial. Lagu dalam bahasa Jawa itu memanjakan peng­gemar musik aliran dangdut di Indonesia.

Hingga kini, lagu yang di­ba­wakan oleh Lutfiana Dewi itu semakin sering diputar. Sejak diunggah di kanal YouTube delapan bulan lalu, sudah ditonton lebih dari 778 ribu kali dengan 8,2 ribu like. Lagu tersebut disambut antusias oleh penggemar mu­sik dangdut. Dari ratusan komentar yang mayoritas meng­apresiasi atas pelun­curan lagu itu. Bahkan, versi cover lagu itu oleh penyanyi lain sudah tak terhitung, ter­utama oleh penyanyi perempuan.

Ya, lagu ”infone maseh” me­mang ditulis untuk dinyanyikan kaum perem­puan. Itu tampak dari judul lagunya yang memakai kata ”maseh” atau mas. ”Mas” merupakan sapaan untuk laki-laki dewasa. Tak heran, lagu tersebut banyak dicover penyanyi perempuan. Di antaranya Yeni Inka, Woro Widowati, dan Kalia Siska. Sekilas tak ada yang aneh dari lagu tersebut.

Namun tanpa disadari, me­ngandung diksi yang problematik. Lagu itu men­ceritakan seorang perem­puan yang tersakiti. Peristiwa itu salah satunya digam­bar­kan dengan kalimat ”ya ndak mampu aku, dudu spek ida­manmu”. Kalimat itulah yang membuat lagu ini memiliki sisi lemahnya. Pasalnya, ada objektivikasi perempuan dalam kalimat itu.

Spek merupakan istilah gaul dari kata spesifikasi. Spe­sifikasi adalah istilah untuk menggambarkan per­nyataan terkait rincian suatu hal. Lazimnya spe­sifikasi sering dipakai untuk me­nyebut rincian standar pro­duk manufaktur. Misal­nya ponsel, motor, mobil, dan sebagainya. Dengan be­gitu penggunaan kata spek dalam lirik lagu infone ma­seh me­nyamakan kedu­dukan pe­rem­puan dengan sebuah barang. Hal itu termasuk dalam objektivikasi pe­rem­puan. Dalam lagu ter­sebut di­kisahkan perem­puan seo­lah harus mencapai standar tertentu untuk bisa bersan­ding dengan seorang lelaki.

Objektivikasi terhadap pe­rempuan tak lepas dari sejarah panjang kemer­dekaan Indonesia. Pada za­man penjajahan, ruang ge­rak perempuan sangat terbatas. Hal itu membuat pe­rempuan selalu dino­morduakan. Saat itu, perem­puan disamakan dengan mesin reproduksi.
Namun, beda zaman beda cerita. Kemerdekaan Indo­nesia yang berhasil direbut pada 1945 silam membuat ak­ses yang sempat tertutup bagi perempuan untuk me­ngenyam bangku sekolah mu­lai terbuka. Untuk itu, pe­­nentangan atas objek­tivikasi terhadap perempuan dimulai. Meski begitu, pola-pola dari sejarah kelam benar-benar tak mudah diubah.

Hingga kini, masih banyak laki-laki yang merasa supe­rior ketimbang perempuan. Hal itu tidak lepas dari bu­daya dan adat, khususnya adat kejawen yang masih ken­tal. Orang Jawa masih ba­nyak yang menganggap laki-laki di atas perempuan. Be­berapa orang masih meng­anggap perempuan yang bekerja itu tidak baik.
Kesadaran untuk saling menghargai sesama manusia ha­rus ditingkatkan. Tentu harus mendapat dukungan dari perempuan. Jika melihat la­gu infone maseh dirayakan oleh perempuan, semangat un­tuk menghapus tindakan tercela itu menemui batu san­dungan. Tentu butuh kesa­daran semua pihak un­tuk sama menghapus praktik-praktik objektivikasi tersebut.

Memakai kendaraan hibu­ran, asumsi lagu infone ma­seh menemukan efektivi­tasnya. Sehingga banyak yang tidak menyadari bahwa lagu itu membawa pesan ideologi tertentu. Dalam hal itu ideologi untuk me­nempatkan perempuan di posisi kedua. Sebagai ma­syarakat terdidik penting untuk jeli terhadap feno­mena. Dengan begitu, ke­sem­patan menyisipkan ideologi tertentu khususnya yang menyimpang, bisa diminimalisasi. (*)

HARI Perempuan Internasional jatuh pa­da Rabu (8/3). P­e­ringatan itu seolah menggelitik benak kita mengapa pembahasan tentang perempuan tak ada habisnya.

Sam­pai-sampai ada ha­ri khusus untuk mem­peringatinya. Tentu ini tak berlebihan, mengingat kedudukan perempuan penting dalam sejarah peradaban manusia di dunia ini.

Namun dalam waktu yang bersamaan, pe­rempuan juga menduduki posisi yang rawan. Sebab, ideologi patriarki kerap me­menjara perempuan yang dianggap tak lebih dari benda mati.

Fenomena itu kemudian po­puler dengan istilah ob­jektivikasi. Medianya pun be­ragam. Salah satunya dalam sebuah karya lagu.

Belakangan ini, jargon ”infone maseh” akrab di te­linga kita semua. Jargon itu semakin familiar sejak men­jadi sebuah judul lagu yang diciptakan oleh Is­kandar Hanafi. Beberapa wak­tu terakhir, lagu tersebut semakin banyak diputar dan viral di berbagai media sosial. Lagu dalam bahasa Jawa itu memanjakan peng­gemar musik aliran dangdut di Indonesia.

Hingga kini, lagu yang di­ba­wakan oleh Lutfiana Dewi itu semakin sering diputar. Sejak diunggah di kanal YouTube delapan bulan lalu, sudah ditonton lebih dari 778 ribu kali dengan 8,2 ribu like. Lagu tersebut disambut antusias oleh penggemar mu­sik dangdut. Dari ratusan komentar yang mayoritas meng­apresiasi atas pelun­curan lagu itu. Bahkan, versi cover lagu itu oleh penyanyi lain sudah tak terhitung, ter­utama oleh penyanyi perempuan.

Ya, lagu ”infone maseh” me­mang ditulis untuk dinyanyikan kaum perem­puan. Itu tampak dari judul lagunya yang memakai kata ”maseh” atau mas. ”Mas” merupakan sapaan untuk laki-laki dewasa. Tak heran, lagu tersebut banyak dicover penyanyi perempuan. Di antaranya Yeni Inka, Woro Widowati, dan Kalia Siska. Sekilas tak ada yang aneh dari lagu tersebut.

Namun tanpa disadari, me­ngandung diksi yang problematik. Lagu itu men­ceritakan seorang perem­puan yang tersakiti. Peristiwa itu salah satunya digam­bar­kan dengan kalimat ”ya ndak mampu aku, dudu spek ida­manmu”. Kalimat itulah yang membuat lagu ini memiliki sisi lemahnya. Pasalnya, ada objektivikasi perempuan dalam kalimat itu.

Spek merupakan istilah gaul dari kata spesifikasi. Spe­sifikasi adalah istilah untuk menggambarkan per­nyataan terkait rincian suatu hal. Lazimnya spe­sifikasi sering dipakai untuk me­nyebut rincian standar pro­duk manufaktur. Misal­nya ponsel, motor, mobil, dan sebagainya. Dengan be­gitu penggunaan kata spek dalam lirik lagu infone ma­seh me­nyamakan kedu­dukan pe­rem­puan dengan sebuah barang. Hal itu termasuk dalam objektivikasi pe­rem­puan. Dalam lagu ter­sebut di­kisahkan perem­puan seo­lah harus mencapai standar tertentu untuk bisa bersan­ding dengan seorang lelaki.

Objektivikasi terhadap pe­rempuan tak lepas dari sejarah panjang kemer­dekaan Indonesia. Pada za­man penjajahan, ruang ge­rak perempuan sangat terbatas. Hal itu membuat pe­rempuan selalu dino­morduakan. Saat itu, perem­puan disamakan dengan mesin reproduksi.
Namun, beda zaman beda cerita. Kemerdekaan Indo­nesia yang berhasil direbut pada 1945 silam membuat ak­ses yang sempat tertutup bagi perempuan untuk me­ngenyam bangku sekolah mu­lai terbuka. Untuk itu, pe­­nentangan atas objek­tivikasi terhadap perempuan dimulai. Meski begitu, pola-pola dari sejarah kelam benar-benar tak mudah diubah.

Hingga kini, masih banyak laki-laki yang merasa supe­rior ketimbang perempuan. Hal itu tidak lepas dari bu­daya dan adat, khususnya adat kejawen yang masih ken­tal. Orang Jawa masih ba­nyak yang menganggap laki-laki di atas perempuan. Be­berapa orang masih meng­anggap perempuan yang bekerja itu tidak baik.
Kesadaran untuk saling menghargai sesama manusia ha­rus ditingkatkan. Tentu harus mendapat dukungan dari perempuan. Jika melihat la­gu infone maseh dirayakan oleh perempuan, semangat un­tuk menghapus tindakan tercela itu menemui batu san­dungan. Tentu butuh kesa­daran semua pihak un­tuk sama menghapus praktik-praktik objektivikasi tersebut.

Memakai kendaraan hibu­ran, asumsi lagu infone ma­seh menemukan efektivi­tasnya. Sehingga banyak yang tidak menyadari bahwa lagu itu membawa pesan ideologi tertentu. Dalam hal itu ideologi untuk me­nempatkan perempuan di posisi kedua. Sebagai ma­syarakat terdidik penting untuk jeli terhadap feno­mena. Dengan begitu, ke­sem­patan menyisipkan ideologi tertentu khususnya yang menyimpang, bisa diminimalisasi. (*)

Previous article
Next article

Wajib Dibaca

Artikel Terbaru