HARI Perempuan Internasional jatuh pada Rabu (8/3). Peringatan itu seolah menggelitik benak kita mengapa pembahasan tentang perempuan tak ada habisnya.
Sampai-sampai ada hari khusus untuk memperingatinya. Tentu ini tak berlebihan, mengingat kedudukan perempuan penting dalam sejarah peradaban manusia di dunia ini.
Namun dalam waktu yang bersamaan, perempuan juga menduduki posisi yang rawan. Sebab, ideologi patriarki kerap memenjara perempuan yang dianggap tak lebih dari benda mati.
Fenomena itu kemudian populer dengan istilah objektivikasi. Medianya pun beragam. Salah satunya dalam sebuah karya lagu.
Belakangan ini, jargon ”infone maseh” akrab di telinga kita semua. Jargon itu semakin familiar sejak menjadi sebuah judul lagu yang diciptakan oleh Iskandar Hanafi. Beberapa waktu terakhir, lagu tersebut semakin banyak diputar dan viral di berbagai media sosial. Lagu dalam bahasa Jawa itu memanjakan penggemar musik aliran dangdut di Indonesia.
Hingga kini, lagu yang dibawakan oleh Lutfiana Dewi itu semakin sering diputar. Sejak diunggah di kanal YouTube delapan bulan lalu, sudah ditonton lebih dari 778 ribu kali dengan 8,2 ribu like. Lagu tersebut disambut antusias oleh penggemar musik dangdut. Dari ratusan komentar yang mayoritas mengapresiasi atas peluncuran lagu itu. Bahkan, versi cover lagu itu oleh penyanyi lain sudah tak terhitung, terutama oleh penyanyi perempuan.
Ya, lagu ”infone maseh” memang ditulis untuk dinyanyikan kaum perempuan. Itu tampak dari judul lagunya yang memakai kata ”maseh” atau mas. ”Mas” merupakan sapaan untuk laki-laki dewasa. Tak heran, lagu tersebut banyak dicover penyanyi perempuan. Di antaranya Yeni Inka, Woro Widowati, dan Kalia Siska. Sekilas tak ada yang aneh dari lagu tersebut.
Namun tanpa disadari, mengandung diksi yang problematik. Lagu itu menceritakan seorang perempuan yang tersakiti. Peristiwa itu salah satunya digambarkan dengan kalimat ”ya ndak mampu aku, dudu spek idamanmu”. Kalimat itulah yang membuat lagu ini memiliki sisi lemahnya. Pasalnya, ada objektivikasi perempuan dalam kalimat itu.
Spek merupakan istilah gaul dari kata spesifikasi. Spesifikasi adalah istilah untuk menggambarkan pernyataan terkait rincian suatu hal. Lazimnya spesifikasi sering dipakai untuk menyebut rincian standar produk manufaktur. Misalnya ponsel, motor, mobil, dan sebagainya. Dengan begitu penggunaan kata spek dalam lirik lagu infone maseh menyamakan kedudukan perempuan dengan sebuah barang. Hal itu termasuk dalam objektivikasi perempuan. Dalam lagu tersebut dikisahkan perempuan seolah harus mencapai standar tertentu untuk bisa bersanding dengan seorang lelaki.
Objektivikasi terhadap perempuan tak lepas dari sejarah panjang kemerdekaan Indonesia. Pada zaman penjajahan, ruang gerak perempuan sangat terbatas. Hal itu membuat perempuan selalu dinomorduakan. Saat itu, perempuan disamakan dengan mesin reproduksi.
Namun, beda zaman beda cerita. Kemerdekaan Indonesia yang berhasil direbut pada 1945 silam membuat akses yang sempat tertutup bagi perempuan untuk mengenyam bangku sekolah mulai terbuka. Untuk itu, penentangan atas objektivikasi terhadap perempuan dimulai. Meski begitu, pola-pola dari sejarah kelam benar-benar tak mudah diubah.
Hingga kini, masih banyak laki-laki yang merasa superior ketimbang perempuan. Hal itu tidak lepas dari budaya dan adat, khususnya adat kejawen yang masih kental. Orang Jawa masih banyak yang menganggap laki-laki di atas perempuan. Beberapa orang masih menganggap perempuan yang bekerja itu tidak baik.
Kesadaran untuk saling menghargai sesama manusia harus ditingkatkan. Tentu harus mendapat dukungan dari perempuan. Jika melihat lagu infone maseh dirayakan oleh perempuan, semangat untuk menghapus tindakan tercela itu menemui batu sandungan. Tentu butuh kesadaran semua pihak untuk sama menghapus praktik-praktik objektivikasi tersebut.
Memakai kendaraan hiburan, asumsi lagu infone maseh menemukan efektivitasnya. Sehingga banyak yang tidak menyadari bahwa lagu itu membawa pesan ideologi tertentu. Dalam hal itu ideologi untuk menempatkan perempuan di posisi kedua. Sebagai masyarakat terdidik penting untuk jeli terhadap fenomena. Dengan begitu, kesempatan menyisipkan ideologi tertentu khususnya yang menyimpang, bisa diminimalisasi. (*)