24.2 C
Malang
Sunday, 26 March 2023

Terapkan Kurikulum Prototipe, Why Not?

MALANG KOTA– Ganti menteri, ganti kurikulum. Begitu kesan yang kerap muncul di masyarakat. Dan kesan itu rupanya menjadi kenyataan pada 2022 ini. Karena tidak lama lagi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) menerapkan kurikulum paradigma baru. Namanya kurikulum prototipe. Berarti, perubahan kurikulum sejak negeri ini berdiri sudah 12 kali.

Lantas ”makanan” apa sih kurikulum prototipe itu? Teknisnya bagaimana dan apa bedanya dengan kurikulum sebelumnya? Untuk menjelaskan kebijakan baru Mendikbud Ristek Nadiem Anwar Makarim tersebut, Jawa Pos Radar Malang menginisiasi acara Bedah Kurikulum  Protoptipe 2022 dan Kesiapan Penerapannya di Malang kemarin.

Dalam acara tersebut, hadir antara lain Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang Suwarjana SE MM,  Direktur Jawa Pos Radar Malang Tauhid Wijaya, Ketua Dewan Pendidikan Kota Malang Dr H Nur Fajar Arief MPd. Hadir pula Kasi Kurikulum Dindik Kota Malang Ifa Rosita,  Kabid. Pembinaan Ketenagaan Dra Sri Handayani Wahyu W. MM. Selain itu ada koordinator pengawas SMP Siswanto SPd MT dan koordinator pengawas SD Drs Didik Siswanto Mdinas Pd.

Dalam kesempatan tersebut Suwarjana menyebut, kurikulum prototipe ini bukan hal baru. Artinya masyarakat tidak perlu risau dengan kebijakan tersebut. Sebab kurikulum ini menyempurnakan dari yang sudah ada sebelumnya. Hanya ada beberapa penekanan yang disesuaikan dengan kondisi. Meski begitu, tidak ada kewajiban bagi setiap satuan pendidikan untuk menerapkan kurikulum ini. Karena masih ada tiga jenis kurikulum yang bisa dipilih. Yakni Kurikulum 13 (K-13), K-13 plus dan Kurikulum Prototipe.  “Kurikulum itu hadir sebagai opsi tambahan. Jadi sekolah bisa memilih mau menggunakan kurikulum yang mana,” ujarnya.

Sejauh ini belum ada sosialisasi resmi dari pemerintah pusat. Meski begitu, Dinas Pendidikan Kota Malang sudah menyiapkan anggaran apabila sewaktu-waktu Kota Malang harus menerapkan kurikulum tersebut. Bagi dia, Kota Malang siap saja menerapkan kurikulum paradigma baru tersebut. Bahkan andai saja kurikulum ini diterapkan dalam waktu dekat, Kota Malang tidak ada masalah.  Sudah siap. Sebab di Kota Malang sudah ada sekitar 200 guru penggerak yang nanti menjadi motor dari kurikulum ini. ”Saya yakin kalau sudah ada satu sekolah yang memulai untuk menerapkan kurikulum itu, pasti semuanya akan ikutan,” imbuhnya dengan nada jenaka.

Lebih detail, Ketua Dewan Pendidikan Kota Malang Nur Fajar Arief menjelaskan, hadirnya kurikulum prototipe ini merupakan implementasi dari program Merdeka Belajar. Dia mengatakan setidaknya ada dua komponen yang harus merdeka yakni siswa dan gurunya. Merdeka belajar bagi siswa yang akan diakomodasi dalam kurikulum ini ialah kebebasan siswa dalam menentukan mata pelajaran yang sesuai minat dan bakat masing-masing. Sedangkan, merdeka belajar bagi guru ialah saat guru punya kebebasan dalam menentukan dan menyusun kurikulumnya. Kurikulum tingkat satuan pendidikan itu disusun dengan mempertimbangkan kondisi dan ciri khas sekolah masing-masing. “Jadi kalau ada kabar ada penghapusan jurusan di tingkat pendidikan menengah atas, memang benar,” ujar pria yang akrab disapa Fajar itu.

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa mata pelajara IPA dan IPS nantinya akan lebur jadi satu menjadi IPAS. Kemudian Fajar juga mengatakan bahwa pada kurikulum prototipe ini nantinya akan menekankan pada project siswa. “Jadi nanti akan ada produk-produk yang dihasilkan dari project-project itu,” tutupnya. (dre/abm)

 

MALANG KOTA– Ganti menteri, ganti kurikulum. Begitu kesan yang kerap muncul di masyarakat. Dan kesan itu rupanya menjadi kenyataan pada 2022 ini. Karena tidak lama lagi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) menerapkan kurikulum paradigma baru. Namanya kurikulum prototipe. Berarti, perubahan kurikulum sejak negeri ini berdiri sudah 12 kali.

Lantas ”makanan” apa sih kurikulum prototipe itu? Teknisnya bagaimana dan apa bedanya dengan kurikulum sebelumnya? Untuk menjelaskan kebijakan baru Mendikbud Ristek Nadiem Anwar Makarim tersebut, Jawa Pos Radar Malang menginisiasi acara Bedah Kurikulum  Protoptipe 2022 dan Kesiapan Penerapannya di Malang kemarin.

Dalam acara tersebut, hadir antara lain Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang Suwarjana SE MM,  Direktur Jawa Pos Radar Malang Tauhid Wijaya, Ketua Dewan Pendidikan Kota Malang Dr H Nur Fajar Arief MPd. Hadir pula Kasi Kurikulum Dindik Kota Malang Ifa Rosita,  Kabid. Pembinaan Ketenagaan Dra Sri Handayani Wahyu W. MM. Selain itu ada koordinator pengawas SMP Siswanto SPd MT dan koordinator pengawas SD Drs Didik Siswanto Mdinas Pd.

Dalam kesempatan tersebut Suwarjana menyebut, kurikulum prototipe ini bukan hal baru. Artinya masyarakat tidak perlu risau dengan kebijakan tersebut. Sebab kurikulum ini menyempurnakan dari yang sudah ada sebelumnya. Hanya ada beberapa penekanan yang disesuaikan dengan kondisi. Meski begitu, tidak ada kewajiban bagi setiap satuan pendidikan untuk menerapkan kurikulum ini. Karena masih ada tiga jenis kurikulum yang bisa dipilih. Yakni Kurikulum 13 (K-13), K-13 plus dan Kurikulum Prototipe.  “Kurikulum itu hadir sebagai opsi tambahan. Jadi sekolah bisa memilih mau menggunakan kurikulum yang mana,” ujarnya.

Sejauh ini belum ada sosialisasi resmi dari pemerintah pusat. Meski begitu, Dinas Pendidikan Kota Malang sudah menyiapkan anggaran apabila sewaktu-waktu Kota Malang harus menerapkan kurikulum tersebut. Bagi dia, Kota Malang siap saja menerapkan kurikulum paradigma baru tersebut. Bahkan andai saja kurikulum ini diterapkan dalam waktu dekat, Kota Malang tidak ada masalah.  Sudah siap. Sebab di Kota Malang sudah ada sekitar 200 guru penggerak yang nanti menjadi motor dari kurikulum ini. ”Saya yakin kalau sudah ada satu sekolah yang memulai untuk menerapkan kurikulum itu, pasti semuanya akan ikutan,” imbuhnya dengan nada jenaka.

Lebih detail, Ketua Dewan Pendidikan Kota Malang Nur Fajar Arief menjelaskan, hadirnya kurikulum prototipe ini merupakan implementasi dari program Merdeka Belajar. Dia mengatakan setidaknya ada dua komponen yang harus merdeka yakni siswa dan gurunya. Merdeka belajar bagi siswa yang akan diakomodasi dalam kurikulum ini ialah kebebasan siswa dalam menentukan mata pelajaran yang sesuai minat dan bakat masing-masing. Sedangkan, merdeka belajar bagi guru ialah saat guru punya kebebasan dalam menentukan dan menyusun kurikulumnya. Kurikulum tingkat satuan pendidikan itu disusun dengan mempertimbangkan kondisi dan ciri khas sekolah masing-masing. “Jadi kalau ada kabar ada penghapusan jurusan di tingkat pendidikan menengah atas, memang benar,” ujar pria yang akrab disapa Fajar itu.

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa mata pelajara IPA dan IPS nantinya akan lebur jadi satu menjadi IPAS. Kemudian Fajar juga mengatakan bahwa pada kurikulum prototipe ini nantinya akan menekankan pada project siswa. “Jadi nanti akan ada produk-produk yang dihasilkan dari project-project itu,” tutupnya. (dre/abm)

 

Wajib Dibaca

Artikel Terbaru