MALANG KOTA – Universitas Muhammadiyah Malang berhasil memperoleh pendanaan sebesar lebih Rp 8,1 miliar, pada Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM). Capaian tersebut menempatkan UMM berada di posisi pertama perguruan tinggi swasta (PTS) penerima PKKM.
“Kami juga berada di posisi pertama di antara 28 perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah yang memperoleh dana hibah ini,” ungkap Ketua Tim Taskforce PKKM UMM, Prof Dr Ir Sujono MKes.
Di sisi lain, UMM menempati posisi ke-10 dari PTN-PTS penerima bantuan pemerintah PPKM tahun 2021. Prestasi ini menempatkan UMM bertengger bersama Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Brawijaya, Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Universitas Jember, Institut Teknologi Bandung, Universitas Negeri Malang dan Universitas Tadulako.
Prof Sujono menerangkan, UMM yang digolongkan di Liga Indonesia, meloloskan empat prodi. Yakni Prodi Teknik Mesin, Teknologi Pangan, Peternakan dan Akuakultur.
“Sebenarnya ada lima prodi dan Institutional Support System yang sudah kami ajukan, namun hanya ada empat yang lolos dan didanai,” terangnya.
Sujono melanjutkan, program ini memiliki tujuan yang terangkum dalam delapan Indikator Kinerja Utama (IKU).
Mulai dari kesiapan kerja lulusan, mahasiswa dan dosen di luar kampus, kualifikasi dan penerapan riset dosen. Adapula hal-hal yang terkait dengan kemitraan, pembelajaran dalam kelas hingga akreditasi internasional.
Sementara itu, Rektor UMM Dr Fauzan MPd menuturkan bahwa sebenarnya UMM sudah mendesain konsep kampus merdeka sejak lama, yakni pada tahun 2000-an. Sejumlah unit bisnis yang telah dimiliki UMM menjadi laboratorium terapan bagi mahasiswa.
“Kami juga memiliki banyak kerja sama, baik dalam negeri maupun luar negeri. Sebut saja jalinan dengan Erasmus Mundus Plus dari konsorsium Uni Eropa yang melibatkan mahasiswa, karyawan, serta dosen,” jelasnya.
Selain itu, Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) UMM yang kini diubah menjadi Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) juga menyediakan berbagai skema. Tidak hanya terbatas pada skema top down saja, tapi juga menggunakan skema yang disesuaikan dengan passion mahasiswa.
“Berbagai kebijakan equivalensi seperti ini sudah kita lakukan sejak lama.
Maka, secara substansial UMM relatif siap karena budaya yang telah dibangun memang selaras dengan konsep kampus merdeka,” tegas Fauzan.
Pewarta: Intan Refa Septiana