24.2 C
Malang
Sunday, 26 March 2023

Lulusan SMK Dominasi Angka Pengangguran Terbuka Kota Malang

MALANG KOTA – Angka kelulusan pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tidak diimbangi dengan besarnya serapan dunia kerja untuk SDM yang dididik siap kerja itu. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, mayoritas alumnus SMK di Kota Malang masih banyak yang menganggur. Mereka ikut menyumbang tingkat pengangguran terbuka (TPT) Kota Malang naik hingga saat ini.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang Erny Fatma Setyoharini mencatat, lulusan SMK di Kota Malang menyumbang TPT sebesar 13,72 persen. Lalu disusul lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 10,21 persen. ”Permasalahan itu muncul karena titik temu antara tawaran tenaga kerja lulusan SMK/SMA di Kota Malang dengan kebutuhan tenaga kerja yang diminta di pasar kerja sangat minim,” kata Erny.

Sebaliknya, TPT Kota Malang terendah terdapat pada lulusan diploma yang hanya sebesar 2,86 persen. Hal ini menggambarkan bahwa lulusan diploma lebih diminati pada bursa kerja. Penyebabnya dikarenakan lulusan diploma diyakini bisa diandalkan dengan gaji yang tidak terlalu tinggi.

Dibandingkan tahun 2019, terjadi kenaikan TPT di semua tingkat lulusan pendidikan di Kota Malang. Kenaikan TPT tertinggi dalam setahun terakhir terjadi pada lulusan SMK yaitu 8,20 persen poin. Lulusan diploma merupakan lulusan yang mengalami kenaikan TPT terkecil dalam setahun terakhir, yaitu naik sebesar 0,79 persen poin.

”Pada periode Februari – Agustus 2020 misalnya para pekerja tidak bekerja karena berstatus sementara tidak bekerja. Pekerja yang mengalami pengurangan jam kerja bagi mereka yang saat ini masih bekerja juga turut menyumbang angka (pengangguran terbuka) tersebut,” imbuh wanita yang pernah menjabat Kepala BPS Blitar itu.

Di tempat lain, Pengantar Kerja Ahli Muda Dinas Ketenagakerjaan – Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Disnaker- PMPTSP) Kota Malang Eka Yudha Sudrajad mengatakan, peningkatan TPT di Kota Malang lebih disebabkan karena pandemi Covid-19. Bahkan, bisa dibilang cukup tinggi peningkatan pada 2020 lalu. Pada tahun 2020, angka penggangguran terbuka di Kota Malang mencapai 9,61 persen. ”Itu (9,61 persen, Red) merupakan kenaikan tertinggi karena pada 2019 hanya 5,88 persen,” katanya.

Pria yang akrab dipanggil Yudha itu menambahkan, sebanyak 45 ribu warga Kota Malang menjadi pengangguran pada tahun 2020. Jumlah tersebut jelas naik dua kali lipat jika dibanding 2019 yang hanya 27 ribu warga Kota Malang menganggur. Dari jumlah tersebut, dia menyatakan terbanyak disumbangkan dari lulusan SMK. Permintaan di dunia kerja saat ini menjadi penghalang. Yudha menerima laporan bahwa perusahaan masih melakukan penyesuaian.

Menanggapi hal itu, Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMK Negeri Kota Malang Hari Mulyono menjelaskan, data tentang pengangguran tersebut perlu ditinjau ulang. Sebab seluruh SMK di Kota Malang telah melakukan sejumlah inovasi. Karena siswa SMK telah dibekali BMW, yakni Bekerja, Melanjutkan ke jenjang lebih tinggi, dan Wirausaha.

“Kami di SMK mempunyai tugas mempersiapkan siswa BMW itu, jadi kalau sudah berwirausaha apakah termasuk menganggur?,” tanya pria yang kerap disapa Harimul itu.

Pria yang juga menjadi Kepala SMKN 2 Malang itu menambahkan, kompetensi lulusan juga telah disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja. Oleh karena itu kemampuan mereka sudah ada indikatornya. Menurut Harimul, para lulusan SMK di Kota Malang terbilang tangguh menghadapi tantangan. (adn/nay/rmc)

MALANG KOTA – Angka kelulusan pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tidak diimbangi dengan besarnya serapan dunia kerja untuk SDM yang dididik siap kerja itu. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, mayoritas alumnus SMK di Kota Malang masih banyak yang menganggur. Mereka ikut menyumbang tingkat pengangguran terbuka (TPT) Kota Malang naik hingga saat ini.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang Erny Fatma Setyoharini mencatat, lulusan SMK di Kota Malang menyumbang TPT sebesar 13,72 persen. Lalu disusul lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 10,21 persen. ”Permasalahan itu muncul karena titik temu antara tawaran tenaga kerja lulusan SMK/SMA di Kota Malang dengan kebutuhan tenaga kerja yang diminta di pasar kerja sangat minim,” kata Erny.

Sebaliknya, TPT Kota Malang terendah terdapat pada lulusan diploma yang hanya sebesar 2,86 persen. Hal ini menggambarkan bahwa lulusan diploma lebih diminati pada bursa kerja. Penyebabnya dikarenakan lulusan diploma diyakini bisa diandalkan dengan gaji yang tidak terlalu tinggi.

Dibandingkan tahun 2019, terjadi kenaikan TPT di semua tingkat lulusan pendidikan di Kota Malang. Kenaikan TPT tertinggi dalam setahun terakhir terjadi pada lulusan SMK yaitu 8,20 persen poin. Lulusan diploma merupakan lulusan yang mengalami kenaikan TPT terkecil dalam setahun terakhir, yaitu naik sebesar 0,79 persen poin.

”Pada periode Februari – Agustus 2020 misalnya para pekerja tidak bekerja karena berstatus sementara tidak bekerja. Pekerja yang mengalami pengurangan jam kerja bagi mereka yang saat ini masih bekerja juga turut menyumbang angka (pengangguran terbuka) tersebut,” imbuh wanita yang pernah menjabat Kepala BPS Blitar itu.

Di tempat lain, Pengantar Kerja Ahli Muda Dinas Ketenagakerjaan – Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Disnaker- PMPTSP) Kota Malang Eka Yudha Sudrajad mengatakan, peningkatan TPT di Kota Malang lebih disebabkan karena pandemi Covid-19. Bahkan, bisa dibilang cukup tinggi peningkatan pada 2020 lalu. Pada tahun 2020, angka penggangguran terbuka di Kota Malang mencapai 9,61 persen. ”Itu (9,61 persen, Red) merupakan kenaikan tertinggi karena pada 2019 hanya 5,88 persen,” katanya.

Pria yang akrab dipanggil Yudha itu menambahkan, sebanyak 45 ribu warga Kota Malang menjadi pengangguran pada tahun 2020. Jumlah tersebut jelas naik dua kali lipat jika dibanding 2019 yang hanya 27 ribu warga Kota Malang menganggur. Dari jumlah tersebut, dia menyatakan terbanyak disumbangkan dari lulusan SMK. Permintaan di dunia kerja saat ini menjadi penghalang. Yudha menerima laporan bahwa perusahaan masih melakukan penyesuaian.

Menanggapi hal itu, Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMK Negeri Kota Malang Hari Mulyono menjelaskan, data tentang pengangguran tersebut perlu ditinjau ulang. Sebab seluruh SMK di Kota Malang telah melakukan sejumlah inovasi. Karena siswa SMK telah dibekali BMW, yakni Bekerja, Melanjutkan ke jenjang lebih tinggi, dan Wirausaha.

“Kami di SMK mempunyai tugas mempersiapkan siswa BMW itu, jadi kalau sudah berwirausaha apakah termasuk menganggur?,” tanya pria yang kerap disapa Harimul itu.

Pria yang juga menjadi Kepala SMKN 2 Malang itu menambahkan, kompetensi lulusan juga telah disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja. Oleh karena itu kemampuan mereka sudah ada indikatornya. Menurut Harimul, para lulusan SMK di Kota Malang terbilang tangguh menghadapi tantangan. (adn/nay/rmc)

Wajib Dibaca

Artikel Terbaru