26.2 C
Malang
Thursday, 23 March 2023

30 Guru Besar Bahas Eksistensi Seni Kriya

SEBANYAK 30 guru besar (gubes) dari 21 Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) di Indonesia berkumpul di Universitas Negeri Malang (UM) kemarin (26/1). Mereka bertemu untuk membahas eksistensi kesenian kriya. Sebab, teknologi yang semakin maju membuat pengrajin dan seniman kriya semakin sedikit. Ketua Komisi PTNBH Prof Dr Ir Syaad Patmanthara MPd mengatakan, setiap perguruan tinggi bergantian menyampaikan karya inovasi, penelitian, dan pengabdiannya.

Mereka berlomba untuk menunjukkan ”Informasi tersebut bisa menjadi pandangan bersama. Bisa juga untuk sharing penelitian,” terang Syaad. Dia kemudian mencontohkan misalnya ada ide penelitian dari UM lalu bisa dibahas dengan peneliti dari universitas lain. Apalagi seni kriya bisa menjadi opsi untuk bahan baku terbarukan. Jika mengandalkan teknologi, maka keahlian manusia untuk berkreasi akan semakin berkurang.

Di samping itu salah satu pembicara dalam forum diskusi itu, Prof Dr Ponimin mengatakan, seni kriya untu memperkuat eksistensinya perlu dibahas. Mengingat hanya sebagian anak muda yang mau berkreasi di seni kriya. ”Saya ingin menekankan  bagaimana seorang peneliti dari perguruan tinggi seperti saya membagi pengalaman dalam kreasi seni. Di mana kreasi seni tersebut berbasis akademik,” terangnya. (dur/adn)

SEBANYAK 30 guru besar (gubes) dari 21 Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) di Indonesia berkumpul di Universitas Negeri Malang (UM) kemarin (26/1). Mereka bertemu untuk membahas eksistensi kesenian kriya. Sebab, teknologi yang semakin maju membuat pengrajin dan seniman kriya semakin sedikit. Ketua Komisi PTNBH Prof Dr Ir Syaad Patmanthara MPd mengatakan, setiap perguruan tinggi bergantian menyampaikan karya inovasi, penelitian, dan pengabdiannya.

Mereka berlomba untuk menunjukkan ”Informasi tersebut bisa menjadi pandangan bersama. Bisa juga untuk sharing penelitian,” terang Syaad. Dia kemudian mencontohkan misalnya ada ide penelitian dari UM lalu bisa dibahas dengan peneliti dari universitas lain. Apalagi seni kriya bisa menjadi opsi untuk bahan baku terbarukan. Jika mengandalkan teknologi, maka keahlian manusia untuk berkreasi akan semakin berkurang.

Di samping itu salah satu pembicara dalam forum diskusi itu, Prof Dr Ponimin mengatakan, seni kriya untu memperkuat eksistensinya perlu dibahas. Mengingat hanya sebagian anak muda yang mau berkreasi di seni kriya. ”Saya ingin menekankan  bagaimana seorang peneliti dari perguruan tinggi seperti saya membagi pengalaman dalam kreasi seni. Di mana kreasi seni tersebut berbasis akademik,” terangnya. (dur/adn)

Wajib Dibaca

Artikel Terbaru