26.2 C
Malang
Thursday, 23 March 2023

Pengunjung Mulai Lirik Taman Literasi Tidar

MALANG KOTA – Berbagai upaya dilakukan untuk menumbuhkan minat membaca, khususnya bagi anak-anak. Salah satunya dengan membangun taman baca masyarakat atau pojok membaca di ruang publik. Tak hanya di Taman Trunojoyo, ada juga di Taman Segitiga atau Taman Literasi Tidar. Taman yang dibangun sejak 2003 silam itu juga menjadi salah satu cara mendongkrak minat baca masyarakat. Pengelola sekaligus Ketua RW 7, Kelurahan Karangbesuki, Kecamatan Sukun Slamet Udadi mengatakan, ada sekitar 400 buku yang bebas dibaca di tempat.

Tempatnya yang dibuat senyaman mungkin, menjadikannya banyak digunakan untuk berteduh. Bilik berukuran sekitar 3 x 2 meter itu bahkan memiliki jerami sebagai tambahan atapnya. Sehingga, nuansa tradisional semakin terasa. ”Biasanya, orang-orang berteduh sambil membaca buku-buku itu,” imbuhnya. Tidak jarang, para mahasiswa juga sering ke tempat tersebut untuk mengerjakan tugas lapangannya. Karena fokus meningkatkan minat membaca bagi anak, di taman literasi itu juga disediakan buku untuk anak-anak.

Seperti komik dan novel anak. Sedangkan, bagi siswa menengah sampai mahasiswa, terdapat buku-buku pelajaran sesuai jenjangnya. Buku-buku fiksi untuk umum juga tersedia. Sehingga, setiap kalangan bisa menikmati buku tersebut sambil beristirahat. Slamet masih teringat awal membangun taman baca tersebut. Awalnya, tempat tersebut termasuk lokasi pembuangan sampah ilegal. Selain sampah, botol-botol minuman keras juga menumpuk di sana. (yun/adn)

MALANG KOTA – Berbagai upaya dilakukan untuk menumbuhkan minat membaca, khususnya bagi anak-anak. Salah satunya dengan membangun taman baca masyarakat atau pojok membaca di ruang publik. Tak hanya di Taman Trunojoyo, ada juga di Taman Segitiga atau Taman Literasi Tidar. Taman yang dibangun sejak 2003 silam itu juga menjadi salah satu cara mendongkrak minat baca masyarakat. Pengelola sekaligus Ketua RW 7, Kelurahan Karangbesuki, Kecamatan Sukun Slamet Udadi mengatakan, ada sekitar 400 buku yang bebas dibaca di tempat.

Tempatnya yang dibuat senyaman mungkin, menjadikannya banyak digunakan untuk berteduh. Bilik berukuran sekitar 3 x 2 meter itu bahkan memiliki jerami sebagai tambahan atapnya. Sehingga, nuansa tradisional semakin terasa. ”Biasanya, orang-orang berteduh sambil membaca buku-buku itu,” imbuhnya. Tidak jarang, para mahasiswa juga sering ke tempat tersebut untuk mengerjakan tugas lapangannya. Karena fokus meningkatkan minat membaca bagi anak, di taman literasi itu juga disediakan buku untuk anak-anak.

Seperti komik dan novel anak. Sedangkan, bagi siswa menengah sampai mahasiswa, terdapat buku-buku pelajaran sesuai jenjangnya. Buku-buku fiksi untuk umum juga tersedia. Sehingga, setiap kalangan bisa menikmati buku tersebut sambil beristirahat. Slamet masih teringat awal membangun taman baca tersebut. Awalnya, tempat tersebut termasuk lokasi pembuangan sampah ilegal. Selain sampah, botol-botol minuman keras juga menumpuk di sana. (yun/adn)

Wajib Dibaca

Artikel Terbaru