RADAR MALANG – Tak hanya dinilai lewat pertemuan tatap muka, etika pelajar dan mahasiswa dalam menggunakan media sosial (medsos) juga menjadi sorotan Kemendikbud Ristek. Kondisi ini mengacu pada survei Microsoft yang menempatkan Indonesia di urutan 29 dari 32 negara dengan tingkat kesopanan rendah saat bermedsos.
Hal itu dibeber tim Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kemendikbud Ristek saat menggelar Focus Group Discussion (FGD) yang digelar di kampus Universitas Merdeka (Unmer) Malang Rabu (27/10). Dibuka oleh Wakil Rektor I Bidang Akademik Dr Eng Ir Dwi Arman Prasetya ST MT, FGD tersebut diikuti oleh para dosen dan stakeholder terkait. Diskusi juga menghadirkan kalangan mahasiswa, namun di sesi yang berbeda.
Peneliti Ahli Pertama Kemendikbud Ristek Dr Romeyn Perdana Putra SSos MM mengatakan, FGD menjadi rangkaian penelitian yang dilakukan oleh timnya. Hal itu untuk mengetahui kesantunan dan pengalaman mahasiswa saat menggunakan medsos. “Kita melakukan penelitian, bukan untuk meng-counter attack, tapi kita ingin memverifikasi sekaligus memvalidasi studi yang dilakukan Microsoft tersebut apakah benar dan sudah tepat,” ujarnya.
Menurut Romeyn, netizen Indonesia berada di posisi terendah dalam hal kesantunan digital se-Asia Tenggara. Hal itu berdasarkan laporan Microsoft yang dikeluarkan Februari 2021 lalu. Mengingat pengguna media digital saat ini didominasi oleh remaja hingga orang dewasa. Oleh karena itu, penelitian ini memilih mahasiswa sebagai subjek penelitian.
“Kenapa mahasiswa, karena mahasiswa memiliki akses besar terhadap internet. Mereka juga secara digital adalah digital native, aktivitas mereka sangat bergantung pada teknologi digital,“ tuturnya.
Sementara itu, akademisi Unmer Dr Parawiyati MSi mengatakan, media digital akan menjadi baik apabila digunakan untuk hal yang positif, namun akan berdampak buruk apabila disalahgunakan. Menurutnya, mahasiswa saat ini memang mengalami pergeseran perilaku dan etika saat menggunakan media digital.
“Saya melihat mahasiswa saat ini sangat bergantung pada tren yang beredar melalui digital termasuk media sosial, kalau tidak bijak bermedia digital akan berdampak negatif,” tutur perempuan yang juga menjabat Kepala Biro Adminstrasi Akademik Unmer ini.
Realitanya, dia juga merasakan adanya pergeseran attitude selama pelaksanaan perkuliahan daring. “Saya pernah membuat grup WA khusus calon wisudawan, salah satu dari mereka mengomentari pesan saya dengan kalimat yang kurang sopan, mungkin mereka tidak sadar kalau saya dosen. Dia baru sadar setelah saya perkenalkan diri sebagai dosen,” ungkap dosen prodi akuntasi itu. (cj5/nay/rmc)