22 C
Malang
Sunday, 4 June 2023

Anugra Abdiyanto, Korban Longsor, Kehilangan Ibu dan Fungsi Kakinya

Setahun Lebih Hanya Terbaring di Atas Tempat Tidur

Bencana longsor sekitar 1,5 tahun lalu telah merenggut nyawa ibu dan fungsi kedua kaki Anugra Abdiyanto. Hingga kini, bocah berusia 13 tahun tersebut belum bisa berjalan, bahkan menggerakkan kaki saja sulit.

FAJAR ANDRE SETIAWAN

LUKA di kaki kirinya masih belum kering. Sesekali, Anugra Abdiyanto menahan rasa sakit saat menceritakan kesehariannya 1,5 tahun belakangan ini.

Sejak tertimpa longsor yang merenggut nyawa ibunya pada 14 November 2021 lalu, hari-hari Abdi dihabiskan dengan berbaring di tempat tidur.

”Baru bisa digerakkan setelah operasi lepas pen sebulan lalu,” ucap Abdi kala ditemui di rumah kakeknya, Jalan Mawar Gang 4, Lowokwaru, Kota Malang, Minggu lalu (19/3).

”Itu pun hanya kaki sebelah kanan saja,” tambah bocah 13 tahun yang duduk dalam rangkulan sang ayah itu.

Musibah longsor itu sudah hampir dua tahun berlalu. Tapi kedua kaki Abdi masih belum berfungsi secara optimal.

Hingga kini, kaki kirinya belum bisa digerakkan. Selain mengalami luka fisik yang belum pulih, bocah kelahiran tahun 2000 itu juga menderita luka batin.

Baca Juga : Longsor Pujon Lumpuhkan Lalin Malang-Kediri selama 22 Jam 

Di usianya yang masih perlu kasih sayang orang tua, Abdi justru dipaksa keadaan untuk mengikhlaskan kepergian sang ibunda, Anita Angelika.

Dalam insiden pilu itu, Abdi dibonceng oleh ibu, dan turut ikut pula adiknya yang masih berusia 1,5 tahun. Dia tak ingat persis bagaimana kronologi peristiwa yang menimpanya malam itu.

Abdi juga tak ingat benda apa yang menimpa kedua kakinya hingga hancur. “Tiba-tiba terasa sakit saja. Cenat-cenut gitu,” kata Abdi mengenang malam pilu tersebut.

Ibunda Abdi sempat menjalani perawatan 58 hari di rumah sakit umum daerah (RSUD) Dr Saiful Anwar, sebelum akhirnya mengembuskan napas terakhirnya.

Padahal, sang ibunda sudah menjalani operasi amputasi kaki juga. ”Alhamdulillah, adik hanya mengalami luka ringan di kepala,” kata Abdi yang didampingi ayahnya itu.

Kini, adik Abdi tumbuh normal seperti anak-anak seusianya. Meski begitu, pilu kadang kembali datang saat sang adik bertanya tentang Ibu.

”Tak ada yang bisa menjelaskan terkait peristiwa pedih malam itu,” katanya. (Bersambung ke halaman selanjutnya)

Setahun Lebih Hanya Terbaring di Atas Tempat Tidur

Bencana longsor sekitar 1,5 tahun lalu telah merenggut nyawa ibu dan fungsi kedua kaki Anugra Abdiyanto. Hingga kini, bocah berusia 13 tahun tersebut belum bisa berjalan, bahkan menggerakkan kaki saja sulit.

FAJAR ANDRE SETIAWAN

LUKA di kaki kirinya masih belum kering. Sesekali, Anugra Abdiyanto menahan rasa sakit saat menceritakan kesehariannya 1,5 tahun belakangan ini.

Sejak tertimpa longsor yang merenggut nyawa ibunya pada 14 November 2021 lalu, hari-hari Abdi dihabiskan dengan berbaring di tempat tidur.

”Baru bisa digerakkan setelah operasi lepas pen sebulan lalu,” ucap Abdi kala ditemui di rumah kakeknya, Jalan Mawar Gang 4, Lowokwaru, Kota Malang, Minggu lalu (19/3).

”Itu pun hanya kaki sebelah kanan saja,” tambah bocah 13 tahun yang duduk dalam rangkulan sang ayah itu.

Musibah longsor itu sudah hampir dua tahun berlalu. Tapi kedua kaki Abdi masih belum berfungsi secara optimal.

Hingga kini, kaki kirinya belum bisa digerakkan. Selain mengalami luka fisik yang belum pulih, bocah kelahiran tahun 2000 itu juga menderita luka batin.

Baca Juga : Longsor Pujon Lumpuhkan Lalin Malang-Kediri selama 22 Jam 

Di usianya yang masih perlu kasih sayang orang tua, Abdi justru dipaksa keadaan untuk mengikhlaskan kepergian sang ibunda, Anita Angelika.

Dalam insiden pilu itu, Abdi dibonceng oleh ibu, dan turut ikut pula adiknya yang masih berusia 1,5 tahun. Dia tak ingat persis bagaimana kronologi peristiwa yang menimpanya malam itu.

Abdi juga tak ingat benda apa yang menimpa kedua kakinya hingga hancur. “Tiba-tiba terasa sakit saja. Cenat-cenut gitu,” kata Abdi mengenang malam pilu tersebut.

Ibunda Abdi sempat menjalani perawatan 58 hari di rumah sakit umum daerah (RSUD) Dr Saiful Anwar, sebelum akhirnya mengembuskan napas terakhirnya.

Padahal, sang ibunda sudah menjalani operasi amputasi kaki juga. ”Alhamdulillah, adik hanya mengalami luka ringan di kepala,” kata Abdi yang didampingi ayahnya itu.

Kini, adik Abdi tumbuh normal seperti anak-anak seusianya. Meski begitu, pilu kadang kembali datang saat sang adik bertanya tentang Ibu.

”Tak ada yang bisa menjelaskan terkait peristiwa pedih malam itu,” katanya. (Bersambung ke halaman selanjutnya)

Wajib Dibaca

Artikel Terbaru