Melalui olahraga gulat, Lulut Gilang Saputra mengharumkan nama Indonesia di Asia Tenggara. Itu setelah mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan Universitas Negeri Malang (UM) meraih medali emas di ajang Sea Games 2023 di Kamboja, 5-17 Mei lalu. Bagaimana kisahnya?
FAJAR ANDRE SETIAWAN
SUARA Lulut Gilang Saputra yang kegirangan terdengar jelas di ujung ponsel, kemarin (21/5). Maklum, pegulat berusia 27 tahun itu baru saja berhasil membawa pulang medali emas Sea Games 2023 di Kamboja, 5-17 Mei.
Di ajang rutin dua tahunan itu, mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG) UM itu berhasil menumbangkan lawan-lawannya. ”Ini (meraih medali emas Sea Games) tidak lepas dari peran ayah,” ujar Lulut.
Ayahnya, Lagianto adalah pegulat berprestasi era tahun 1990-an. Mulai prestasi kejuaraan tingkat daerah hingga tingkat Jawa-Bali pernah disandangnya. Dari sang ayah itu lah mengalir darah pegulat di tubuh Lulut. Tentu saja, keberhasilan Lulut juga tidak lepas perjuangannya selama menjalani latihan. ”Saya rasa, (keberhasilan ini) tidak lepas karena kebiasaan melihat ayah yang seorang atlet juga,” ucapnya dengan nada bangga.
Meski terlahir dari keluarga atlet gulat, pria kelahiran 7 Mei 1996 itu tidak langsung jatuh hati kepada olahraga gulat. Mulanya, dia menekuni tenis meja. Kemudian atletik dan voli. Olah raga itu semua dilakoni sejak SD. Kemudian ketika mengenyam pendidikan di jenjang SMP, sang ayah menawari berlatih gulat.
Hingga kini, ayah Lulut memang masih aktif menjadi pelatih gulat. Murid-muridnya anak siswa SD hingga SMA. Mendapat tawaran dari sang ayah, Lulut tidak langsung menerimanya. Dia mulai jatuh hati ketika coba-coba berlatih gulat sepulang sekolah. ”Saya merasa saat ini gulat adalah passion saya,” ucapnya.
Bagi Lulut, tak sulit adaptasi dari pemain voli dan tenis meja, lalu beralih menjadi pegulat. Maklum, sejak kecil memang dunia Lulut akrab dengan aktivitas gulat. Semasa kecil, dia sering melihat ayahnya berlatih gulat. Dari situ tertanam embrio gulat, meski baru ditekuni ketika Lulut remaja.
Sejak 2015 terjun ke dunia gulat, Lulut mampu mengukir prestasi pada 11 kejuaraan bergengsi. Salah satunya, juara I kelas 87 kilogram Gaya Grego Romawi di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Papua, 2021 silam. Terbaru, medali emas Sea Games inilah yang menjadi pencapaian terbesarnya.
Sempat Minder saat Lawan Pegulat Vietnam yang Juara Bertahan
Tak ada trik khusus selain menguasai berbagai teknik dalam gulat. Kecuali, Lulut harus mampu benar-benar menguasai dirinya sendiri. Sebab, kendala utama seorang pegulat lebih banyak datang dari dalam diri sendiri. Misalnya gugup, emosi, dan ambisi.
Rasa gugup biasanya sering muncul sebelum bertanding, apalagi saat melihat lawan jauh lebih banyak mengukir prestasi. Sama halnya saat final Sea Games 2023 di Komboja, 5-17 Mei lalu. Kepercayaan diri Lulut sempat ciut. Itu karena dia harus melawan pegulat Vietnam yang sudah dua kali berturut-turut meraih medali emas di ajang yang sama.
Meski minder, tetapi Lulut berhasil menepis perasaan itu. Dia segera kembali pada keyakinan kemampuannya. Sebab dia meyakini, kemenangan hanya terletak pada kesiapan. ”Jadi kami siap atau tidak untuk juara. Kalau siap saya yakin pasti menang,” ucapnya optimistis.
Pria yang kini tengah menempuh PPG Prajabatan di UM itu juga berusaha mengendalikan emosi setiap bertanding. Sehingga Lulut bisa menjadi atlet profesional. ”Emosi hanya akan mengurangi kekuatan. Sama halnya dengan ketidakpercayaan diri dan ambisi,” terangnya. ”Tujuan kami menang, tapi tidak boleh terlalu berambisi,” tambah anak dari pasangan Lagianto dan Hartiwik itu.
Jerih payahnya dalam mengendalikan emosi dan berusaha fokus nyatanya berhasil mengantarkan Lulut menjadi juara Sea Games 2023. Tentu banyak tantangan yang menghadang dalam mempersiapkan fisik menuju Sea Games. Tiap hari, dia menjalani latihan sebanyak dua kali. Hal itu tetap dijalani meski sedang menjalani ibadah puasa Ramadan.
”Sekalipun sambil berpuasa, ya harus tetap berlatih dengan kadar yang sama seperti tidak puasa,” pungkasnya.(dre/dan)