Hampir Tak Dipanggil Ikut Pelatnas di Jakarta
Faradisa Septia Putri berhasil menyumbang medali perak di ajang SEA Games Kamboja 2023 pada usia 20 tahun. Itu menjadi debutnya di kejuaraan gulat internasional.
INDAH MEI YUNITA
HAMPIR tidak dipanggil ke pemusatan latihan nasional (Pelatnas), Faradisa Septia Putri justru berhasil menorehkan prestasi gemilang di SEA Games Kamboja 2023.
Itu merupakan debutnya di kancah internasional. Perempuan berusia 20 tahun tersebut berhasil meraih medali perak dari cabang olahraga (cabor) gulat di kelas 76 kilogram putri.
Di dalam rumahnya, yang berada di Dusun Kunci, Desa Wringinanom, Kecamatan Poncokusumo, dia turut menceritakan beberapa perjalanannya hingga mencapai prestasi tersebut.
”Awalnya, saya ikut Kejurnas Puan Maharani Cup di Medan,” ucapnya sambil mengenang salah satu pengalamannya.
Kejuaraan tingkat nasional itu dia ikuti pada November 2022 lalu. Tidak tanggung-tanggung, dia berhasil menyabet medali emas di ajang itu.
Setelah itu, dia ambil bagian dalam seleksi menuju SEA Games Kamboja 2023.
Dia ikut dalam Pra SEA Games yang dilaksanakan di Kamboja pada Desember 2022. Saat itu, dia berhasil meraih emas.
”Sebenarnya, di sela-sela Puan Maharani Cup dan Pra SEA Games itu juga ada seleksi lain di Jakarta, tetapi saya tidak ikut,” kata dia.
Sebab, saat itu, SEA Games untuk kelas 76 kilogram putri tidak ada. Sehingga, dia tidak dipanggil ke Pelatnas.
”Selang beberapa minggu, tiba-tiba dari Kamboja menyediakan kelas 76 kilogram. Jadi, nama saya dipanggil,” imbuhnya.
Usai pertandingan Pra SEA Games, anak pertama dari dua bersaudara itu mulai berangkat ke Pelatnas pada Februari 2023.
Lokasi Pelatnas terletak di GOR Matraman, Jakarta Timur. Di sana, berbagai tantangan harus dia hadapi. Proses latihan yang dia jalani lebih keras.
”Biasanya, kalau latihan di sini tidak ada lari. Tapi, di Pelatnas diwajibkan lari setiap hari,” kata Fara, sapaan karibnya.
Kakinya yang tidak terbiasa digunakan berlari pun menjadi sering kesakitan. Namun, dia berhasil mengatasinya. ”Kalau itu cuma perlu pembiasaan saja,” lanjutnya.
Dua bulan penuh dengan tantangan itu, dia berhasil melaluinya. Hingga Fara mengikuti pelatihan di training center (TC) Korea Selatan selama 20 hari.
”Lokasi tempatnya sesuai rekomendasi Kemenpora. Untuk mencari lawan sparing juga,” kata mahasiswa Jurusan Pariwisata Universitas Merdeka (Unmer) itu.
Pelatihan di Korea Selatan pun menghadirkan beberapa tantangan. Apalagi, saat itu masuk bulan Ramadan, dan dia juga harus berpuasa.
”Setiap hari tetap sahur. Nanti kalau di tengah puasa tidak kuat, saya batalkan,” ucap alumnus SMA Negeri 1 Tumpang itu.
Setelah itu, Fara kembali berlatih di Indonesia. Namun, tidak lama. Hanya lima sampai enam hari saja.
Sayangnya, saat itu fasilitasnya jauh lebih buruk daripada Pelatnas pertama.
”Bahkan kami tidak disediakan matras. Jadi harus pinjam ke UNJ (Universitas Negeri Jakarta),” kata dia.
Meski begitu, dia tetap memaksimalkan proses latihan hingga pelaksanaan SEA Games.
Ketika SEA Games, dia selalu berhasil memenangkan pertandingan. Sebab, lawannya hampir sama dengan Pra SEA Games, beberapa bulan lalu.
Namun, saat final, lawannya berbeda. Vietnam menurunkan atlet yang berbeda dari Pra SEA Games.
”Kemungkinan, yang dikeluarkan oleh tim lawan saat final itu anggota senior. Mereka juga bisa membaca permainan saya,” kata dia.
Hingga akhirnya, dia harus rela menerima kekalahannya dan meraih medali perak.
Perempuan yang sudah mulai berlatih gulat sejak duduk di bangku SD itu juga memiliki prestasi membanggakan lainnya.
Salah satu yang paling berkesan pada 2021. Ketika itu, dia berhasil meraih medali emas pada PON XX Papua untuk kelas 76 kilogram putri. (*/by)