Desakan adanya penambahan jam pelajaran dari pelajar dan orang tua murid di Kota Malang mendapat perhatian dari Dinas Kesehatan (Dinkes) dan DPRD Kota Malang. Mereka kompak menolak sementara opsi penambahan jam belajar di sekolah. Sebab bila permintaan itu dituruti, maka potensi penyebaran Covid-19 bisa lebih tinggi lagi.
Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Kota Malang yang terbilang kondusif dan kejenuhan belajar online membuat pelajar meminta jam PTM di tambah. Beberapa pelajar dan wali murid yang ditemui Jawa Pos Radar Malang turut berharap hal serupa.
MALANG KOTA – Kehadiran bus sekolah kembali ditunggu-tunggu para siswa. Setelah hampir sebulan kembali beroperasi, banyak pelajar yang mengandalkan bus halokes untuk sarana transportasi. Bus sebanyak enam unit tersebut beroperasi setiap pagi dan siang hari untuk mengantarkan siswa ke berbagai tujuan.
Proyek pembangunan gedung 3 SMP Negeri baru di Kota Malang sudah setengah jalan. Mulai dikerjakan sejak pertengahan Juni lalu, saat ini progres pengerjaan bangunan mencapai 55 persen. Ditargetkan awal tahun depan, para siswa dan guru bisa memanfaatkan gedung baru untuk Pembelajaran Tatap Muka (PTM).
Pemerintah Kota (Pemkot) Malang terus mengevaluasi jalannya pembelajaran tatap muka (PTM). Selama tiga pekan berjalan, beberapa poin penting telah didapatkan. Salah satunya dengan rencana melakukan swab rutin kepada guru dan pelajar. Hal itu dilakukan untuk mencegah sebaran virus Covid-19 di sekolah.
Lebih dari 90 persen siswa ingin PTM. Sisanya terkendala izin dari orang tua. Dia tak memaksakan hal itu lantaran izin orang tua merupakan legalitas utama siswa bisa dilepas ke sekolah.
Pandemi Covid-19 mengubah pola pengelolaan sekolah. Pengadaan fasilitas penunjang seperti tabung oksigen dan oximeter (pengukur saturasi oksigen) yang selama ini tidak terlalu dibutuhkan, ke depan bakal menjadi fasilitas wajib. Setidaknya, setiap satu sekolah mempunyai satu tabung oksigen dan satu oximeter.