25.5 C
Jakarta
Wednesday, June 7, 2023

Pengalaman Mahasiswa Asing yang Menjalani Ramadan di Indonesia (2)

Shams Aslam Hobi ke Pasar Takjil dan Buka Bersama

Menjadi minoritas di India membuat Mohd Shamsh Aslam dikelilingi privilege selama Ramadan. Misalnya dispensasi dalam mengerjakan tugas-tugas tugas kuliah. Namun, hal itu tak berlaku saat dia menjalankan puasa di Indonesia.

FAJAR ANDRE SETIAWAN

Tahun ini merupakan kali pertama bagi Mohd Shamsh Aslam Ansari menjalani Ramadan di Kota Malang. Namun, dia sudah cukup paham suasana berpuasa di Indonesia.

Sebab, pria asal India itu pernah mengikuti program Darmasiswa di salah satu perguruan tinggi di Kota Bandung pada 2019.

Ada satu perbedaan yang paling dia rasakan saat berpuasa di negara dengan mayoritas penduduk muslim. Tak ada lagi perlakuan khusus seperti yang didapat di India, di mana muslim merupakan kelompok minoritas.

Menurut Shams, menjadi kelompok minoritas di India tidak selalu identik dengan kondisi yang menyedihkan. Pada saat menjalankan puasa Ramadan, dia justru mendapat beberapa kemudahan dalam perkuliahan.

Alasannya, puasa dianggap sebagai ibadah yang sangat berat dan menguras tenaga. “Kalau kita tidak mengerjakan tugas, dosen akan memaklumi karena kita sedang puasa,” ucapnya dengan aksen India yang begitu kental.

Kemampuan Shams dalam menggunakan Bahasa Indonesia memang masih terbatas. Karena itu dia kerap mencampur obrolannya menggunakan Bahasa Inggris.

Baca Juga : Sepakat Dorong Partisipasi di IPEF, Indonesia Perkuat Kerja Sama dengan India.

Tentu saja dengan logat seperti pada film-film produksi Bollywood. Di lobi Asrama Edelweiss Universitas Negeri Malang (UM), Shamsh membagikan kisah kehidupan minoritas muslim di India.

Pria yang tahun ini genap berusia 24 tahun itu sempat mengenyam pendidikan tinggi di negaranya. Pandemi Covid-19 membuatnya memutuskan untuk berhenti kuliah.

Saat masih menjadi mahasiswa di India, hanya ada dua hingga empat mahasiswa saja yang beragama Islam. Semuanya selalu mendapat perlakuan istimewa saat menjalani puasa. Itu karena orang-orang Hindu menganggap cara berpuasa umat Islam sangat berat.

”Orang Hindu di India juga punya ritual berpuasa. Tapi masih bisa minum air putih dan makanan-makanan tertentu. Jadi mereka heran terhadap orang muslim yang berpuasa tanpa makan dan minum sama sekali,” ucapnya.

Shamsh juga menceritakan betapa umat Hindu di India sangat menghargai Ramadan. Teman-temannya tidak akan pernah makan di hadapan mahasiswa muslim yang sedang berpuasa.

Meski di kota tempat ia tinggal, yakni Mumbai, toko dan warung-warung makan tetap buka seperti biasa. (Bersambung ke halaman selanjutnya)

Shams Aslam Hobi ke Pasar Takjil dan Buka Bersama

Menjadi minoritas di India membuat Mohd Shamsh Aslam dikelilingi privilege selama Ramadan. Misalnya dispensasi dalam mengerjakan tugas-tugas tugas kuliah. Namun, hal itu tak berlaku saat dia menjalankan puasa di Indonesia.

FAJAR ANDRE SETIAWAN

Tahun ini merupakan kali pertama bagi Mohd Shamsh Aslam Ansari menjalani Ramadan di Kota Malang. Namun, dia sudah cukup paham suasana berpuasa di Indonesia.

Sebab, pria asal India itu pernah mengikuti program Darmasiswa di salah satu perguruan tinggi di Kota Bandung pada 2019.

Ada satu perbedaan yang paling dia rasakan saat berpuasa di negara dengan mayoritas penduduk muslim. Tak ada lagi perlakuan khusus seperti yang didapat di India, di mana muslim merupakan kelompok minoritas.

Menurut Shams, menjadi kelompok minoritas di India tidak selalu identik dengan kondisi yang menyedihkan. Pada saat menjalankan puasa Ramadan, dia justru mendapat beberapa kemudahan dalam perkuliahan.

Alasannya, puasa dianggap sebagai ibadah yang sangat berat dan menguras tenaga. “Kalau kita tidak mengerjakan tugas, dosen akan memaklumi karena kita sedang puasa,” ucapnya dengan aksen India yang begitu kental.

Kemampuan Shams dalam menggunakan Bahasa Indonesia memang masih terbatas. Karena itu dia kerap mencampur obrolannya menggunakan Bahasa Inggris.

Baca Juga : Sepakat Dorong Partisipasi di IPEF, Indonesia Perkuat Kerja Sama dengan India.

Tentu saja dengan logat seperti pada film-film produksi Bollywood. Di lobi Asrama Edelweiss Universitas Negeri Malang (UM), Shamsh membagikan kisah kehidupan minoritas muslim di India.

Pria yang tahun ini genap berusia 24 tahun itu sempat mengenyam pendidikan tinggi di negaranya. Pandemi Covid-19 membuatnya memutuskan untuk berhenti kuliah.

Saat masih menjadi mahasiswa di India, hanya ada dua hingga empat mahasiswa saja yang beragama Islam. Semuanya selalu mendapat perlakuan istimewa saat menjalani puasa. Itu karena orang-orang Hindu menganggap cara berpuasa umat Islam sangat berat.

”Orang Hindu di India juga punya ritual berpuasa. Tapi masih bisa minum air putih dan makanan-makanan tertentu. Jadi mereka heran terhadap orang muslim yang berpuasa tanpa makan dan minum sama sekali,” ucapnya.

Shamsh juga menceritakan betapa umat Hindu di India sangat menghargai Ramadan. Teman-temannya tidak akan pernah makan di hadapan mahasiswa muslim yang sedang berpuasa.

Meski di kota tempat ia tinggal, yakni Mumbai, toko dan warung-warung makan tetap buka seperti biasa. (Bersambung ke halaman selanjutnya)

Wajib Dibaca

Artikel Terbaru